Al-Qasas: 19) Al-Hasan telah mengatakan, bahwa sungguh mengherankan anak Adam itu, dia mencuci bekas kotorannya dengan tangannya sebanyak dua kali sehari, kemudian ia bersikap takabur (sombong) menyaingi Tuhan Yang Menguasai langit. وَلَقَدْ اٰتَيْنَا لُقْمٰنَ الْحِكْمَةَ اَنِ اشْكُرْ لِلّٰهِ ۗوَمَنْ يَّشْكُرْ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ لقمٰن ١٢Beralih dari penjelasan tentang buruknya akidah orang musyrik dan kezaliman mereka, pada ayat ini Allah memaparkan nasihat Lukman kepada anaknya, yang salah satunya berisi larangan berbuat syirik. Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah, yakni kemampu­an mendapatkan ilmu dan pemahaman serta mengamalkannya, kepada Lukman, yaitu, “Bersyukurlah kepada Allah atas nikmat dan karunia-Nya! Dan barang siapa bersyukur kepada Allah maka sesungguhnya dia mendatangkan manfaat bersyukur itu untuk dirinya sendiri; dan sebaliknya, barang siapa tidak bersyukur lalu ingkar atas nikmat Allah maka sesungguhnya hal itu tidak akan merugikan Allah sedikit pun, sebab Allah Mahakaya dan tidak butuh penyembahan hamba-Nya, Maha Terpuji meski sekiranya tidak ada yang memuji-Nya.”Ayat ini menerangkan bahwa Allah menganugerahkan kepada Lukman hikmah, yaitu perasaan yang halus, akal pikiran, dan kearifan yang dapat menyampaikannya kepada pengetahuan yang hakiki dan jalan yang benar menuju kebahagiaan abadi. Oleh karena itu, ia bersyukur kepada Allah yang telah memberinya nikmat itu. Hal itu menunjukkan bahwa pengetahuan dan ajaran-ajaran yang disampaikan Lukman itu bukanlah berasal dari wahyu yang diturunkan Allah kepadanya, tetapi semata-mata berdasarkan ilmu dan hikmah yang telah dianugerahkan Allah riwayat Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, Ibnu Abi Dunya, Ibnu Jarir ath-thabari, Ibnu Mundzir, dan Ibnu Abi hatim dari Ibnu 'Abbas bahwa Lukman adalah seorang hamba/budak dan tukang kayu dari Habasyah. Kebanyakan ulama mengatakan bahwa Lukman adalah seorang yang arif, bijak, dan bukan riwayat yang menerangkan asal-usul Lukman ini, dan riwayat-riwayat itu antara yang satu dengan yang lain tidak ada kesesuaian. Said bin Musayyab mengatakan bahwa Lukman berasal dari Sudan, sebelah selatan Mesir. Zamakhsyari dan Ibnu Ishaq mengatakan bahwa Lukman termasuk keturunan Bani Israil dan salah seorang cucu Azar, ayah Ibrahim. Menurut pendapat ini, Lukman hidup sebelum kedatangan Nabi Daud. Sedang menurut al-Waqidi, ia salah seorang qadhi Bani Israil. Ada pula riwayat yang menerangkan bahwa Lukman hanyalah seorang yang sangat saleh wali, bukan seorang nabi. Terlepas dari semua pendapat riwayat di atas, apakah Lukman itu seorang nabi atau bukan, apakah ia orang Sudan atau keturunan Bani Israil, maka yang jelas dan diyakini ialah Lukman adalah seorang hamba Allah yang telah dianugerahi hikmah, mempunyai akidah yang benar, memahami dasar-dasar agama Allah, dan mengetahui akhlak yang mulia. Namanya disebut dalam Al-Qur'an sebagai salah seorang yang selalu menghambakan diri tanda bahwa Lukman itu seorang hamba Allah yang selalu taat kepada-Nya, merasakan kebesaran dan kekuasaan-Nya di alam semesta ini adalah sikapnya yang selalu bersyukur kepada Allah. Ia merasa dirinya sangat tergantung kepada nikmat Allah itu dan merasa dia telah mendapat hikmah riwayat dari Ibnu 'Umar bahwa ia pernah mendengar Rasulullah bersabda, "Lukman bukanlah seorang nabi, tetapi ia adalah seorang hamba yang banyak melakukan tafakur, ia mencintai Allah, maka Allah mencintainya pula."Pada akhir ayat ini, Allah menerangkan bahwa orang yang bersyukur kepada Allah, berarti ia bersyukur untuk kepentingan dirinya sendiri. Sebab, Allah akan menganugerahkan kepadanya pahala yang banyak karena syukurnya itu. Allah berfirmanBarang siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri, dan barang siapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya, Mahamulia. an-Naml/27 40 Sufyan bin Uyainah berkata, "Siapa yang melakukan salat lima waktu berarti ia bersyukur kepada Allah, dan orang yang berdoa untuk kedua orang tuanya setiap usai salat, ia telah bersyukur kepada keduanya."Orang-orang yang mengingkari nikmat Allah dan tidak bersyukur kepada-Nya berarti ia telah berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri, karena Allah tidak akan memberinya pahala bahkan menyiksanya dengan siksaan yang pedih. Allah sendiri tidak memerlukan syukur hamba-Nya karena syukur hamba-Nya itu tidak akan memberikan keuntungan kepada-Nya sedikit pun, dan tidak pula akan menambah kemuliaan-Nya. Dia Mahakuasa lagi Maha Terpuji.Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Luqman hikmah antara lain ilmu, agama dan tepat pembicaraannya, dan kata-kata mutiara yang diucapkannya cukup banyak serta diriwayatkan secara turun-temurun. Sebelum Nabi Daud diangkat menjadi rasul dia selalu memberikan fatwa, dan dia sempat mengalami zaman kenabian Nabi Daud, lalu ia meninggalkan fatwa dan belajar menimba ilmu dari Nabi Daud. Sehubungan dengan hal ini Luqman pernah mengatakan, "Aku tidak pernah merasa cukup apabila aku telah dicukupkan." Pada suatu hari pernah ditanyakan oleh orang kepadanya, "Siapakah manusia yang paling buruk itu?" Luqman menjawab, "Dia adalah orang yang tidak mempedulikan orang lain yang melihatnya sewaktu dia mengerjakan kejahatan." Yaitu dan Kami katakan kepadanya, hendaklah bersyukurlah kamu kepada Allah atas hikmah yang telah dilimpahkan-Nya kepadamu. Dan barang siapa yang bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri karena pahala bersyukurnya itu kembali kepada dirinya sendiri dan barang siapa yang tidak bersyukur atas nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepadanya maka sesungguhnya Allah Maha Kaya tidak membutuhkan makhluk-Nya lagi Maha Terpuji Maha Terpuji di dalam Salaf berselisih pendapat tentang Luqman, apakah dia seorang nabi ataukah seorang hamba yang saleh saja tanpa predikat nabi? Ada dua pendapat mengenainya, kebanyakan ulama mengatakan bahwa dia adalah seorang hamba yang saleh, bukan seorang As-Sauri telah meriwayatkan dari Al-Asy'as, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Luqman adalah seorang budak dari negeri Habsyah Abesenia dan seorang tukang telah meriwayatkan dari Abdullah ibnuz Zubair yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Jabir ibnu Abdullah, "Sampai seberapakah pengetahuanmu tentang Luqman?" Jabir ibnu Abdullah menjawab, bahwa Luqman adalah seorang yang berperawakan pendek, berhidung lebar tidak mancung berasal dari ibnu Sa'id Al-Ansari telah meriwayatkan dari Sa'id ibnul Musayyab yang mengatakan bahwa Luqman berasal dari daerah pedalaman Mesir berkulit hitam dan berbibir tebal. Allah telah memberinya hikmah, tetapi tidak diberi mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Harmalah yang menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki berkulit hitam datang kepada Sa'id ibnul Musayyab meminta-minta kepadanya. Maka Sa'id ibnul Musayyab menghiburnya, "Jangan kamu bersedih hati karena kamu berkulit hitam, karena sesungguhnya ada tiga orang manusia yang terbaik berasal dari bangsa kulit hitam, yaitu Bilal, Mahja' maula Umar ibnul Khattab, dan Luqmanul Hakim yang berkulit hitam, berasal dari Nubian dan berbibir tebal."Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Waki', telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Abul Asy-hab, dari Khalid Ar-Rab'i yang mengatakan bahwa Luqman adalah seorang budak Habsyah, seorang tukang kayu. Majikannya berkata kepadanya, "Sembelihkanlah kambing ini buat kami!" Maka Luqman menyembelih kambing itu. Lalu si majikan berkata, "Keluarkanlah dua anggota jeroannya yang paling baik." Maka Luqman mengeluarkan lidah dan hati kambing itu, sesudah itu Luqman tinggal selama masa yang dikehendaki oleh Allah. Kemudian majikannya kembali memerintahkannya, "Sembelihkanlah kambing ini buat kami!" Maka Luqman menyembelihnya, dan si majikan berkata kepadanya, "Keluarkanlah dua anggota jeroannya yang paling buruk," maka Luqman mengeluarkan lidah dan hati kambing itu. Si majikan bertanya kepadanya, "Aku telah memerintahkan kepadamu untuk mengeluarkan dua anggota jeroannya yang terbaik, dan kamu mengeluarkan keduanya. Lalu aku perintahkan lagi kepadamu untuk mengeluarkan dua anggotanya yang paling buruk, ternyata kamu masih tetap mengeluarkan yang itu juga, sama dengan yang tadi." Maka Luqman menjawab, "Sesungguhnya tiada sesuatu anggota pun yang lebih baik daripada keduanya jika keduanya baik, dan tiada pula yang lebih buruk daripada keduanya bila keduanya buruk."Syu'bah telah meriwayatkan dari Al-Hakam, dari Mujahid, bahwa Luqman adalah seorang hamba yang saleh, bukan seorang mengatakan, Mujahid telah mengatakan bahwa Luqman adalah seorang budak berkulit hitam dari Habsyah, berbibir tebal, dan berkaki besar. Dia seorang qadi di kalangan kaum Bani Mujahid menyebutkan bahwa Luqman adalah seorang qadi di kalangan kaum Bani Israil di masa Nabi Daud Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Qais yang mengatakan bahwa Luqman adalah seorang budak berkulit hitam, berbibir tebal, dan bertelapak kaki lebar. Lalu ia kedatangan seorang lelaki saat ia berada di majelis sedang berbincang-bincang dengan orang banyak. Maka lelaki itu bertanya kepadanya, "Bukankah kamu yang pernah menggembalakan kambing bersamaku di tempat anu dan anu?" Luqman menjawab, "Benar." Lelaki itu bertanya, "Lalu apakah yang membuatmu menjadi seorang yang terhormat seperti yang kulihat sekarang?" Luqman menjawab, "Jujur dalam berkata, dan diam tidak ikut campur terhadap apa yang bukan urusanku."Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Safwan, telah menceritakan kepada kami Al-Walid, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Yazid, dari Jabir yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah mengangkat Luqmanul Hakim ke kedudukan yang tinggi berkat hikmah yang dianugerahkan-Nya. Pernah ada seorang lelaki yang mengenalnya di masa lalu bertanya, "Bukankah kamu budak si Fulan yang dahulu menggembalakan ternak kambingnya?" Luqman menjawab, "Benar." Lelaki itu bertanya, "Lalu apakah yang menghantarkanmu dapat mencapai kedudukan seperti yang kulihat sekarang?" Luqman menjawab, "Takdir Allah, menunaikan amanat, berkata jujur, dan tidak ikut campur terhadap apa yang bukan urusanku."Semua asar ini antara lain menjelaskan bahwa Luqman bukanlah seorang nabi, dan sebagian lainnya mengisyaratkan ke arah itu seorang nabi. Dikatakan bahwa dia bukan seorang nabi karena dia adalah seorang budak, hal ini bertentangan dengan sifat seorang nabi, mengingat semua rasul dilahirkan dari kalangan terpandang kaumnya. Karena itulah maka jumhur ulama Salaf menyatakan bahwa Luqman bukanlah seorang pendapat yang mengatakan bahwa dia adalah seorang nabi hanyalah menurut riwayat yang bersumber dari Ikrimah jika memang sanadnya sahih bersumber darinya. Riwayat tersebut dikemukakan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim melalui Waki', dari Israil, dari Jabir, dari Ikrimah yang mengatakan bahwa Luqman adalah seorang nabi. Jabir yang disebutkan dalam sanad riwayat ini adalah Ibnu Yazid Al-Ju'fi, seorang yang berpredikat daif, hanya Allah Yang Maha ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Ayyasy Al-Qatbani, dari Umar maula Gafrah yang menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki berdiri di hadapan Luqmanul Hakim, lalu bertanya, "Bukankah engkau adalah Luqman budak Banil Has-sas?" Luqman menjawab, "Ya." Lelaki itu bertanya lagi, "Bukankah engkau pernah menggembalakan kambing?" Luqman menjawab, "Ya." Lelaki itu bertanya lagi, "Bukankah kamu berkulit hitam?" Luqman menjawab, "Adapun warna hitam kulitku ini jelas, lalu apakah yang mengherankanmu tentang diriku?" Lelaki itu menjawab, "Orang-orang banyak yang duduk di hamparanmu, dan berdesakan memasuki pintumu, serta mereka rida dengan ucapanmu." Luqman berkata, "Hai Saudaraku, jika engkau mau mendengarkan apa yang akan kukatakan kepadamu, tentu kamu pun dapat seperti diriku." Luqman melanjutkan perkataannya, "Aku selalu menundukkan pandangan mataku dari hal-hal yang diharamkan, lisanku selalu kujaga, makananku selalu bersih halal, kemaluanku aku jaga tidak melakukan zina, aku selalu jujur dalam perkataanku, semua janjiku selalu kutepati, tamu-tamuku selalu kumuliakan, para tetanggaku selalu kuhormati, dan aku tidak pernah melakukan hal yang tidak perlu bagiku. Itulah kiat yang menghantarkan diriku kepada kedudukanku sekarang seperti yang kamu lihat."Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudail, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Waqid, dari Abdah ibnu Rabah, dari Rabi'ah, dari Abu Darda, bahwa ia pernah bercerita di suatu hari yang antara lain mengisahkan perihal Luqmanul Hakim. Lalu ia mengatakan bahwa apa yang diberikan kepada Luqman bukan berasal dari keluarga, harta, kedudukan, bukan pula dari jasanya, melainkan dia adalah seorang yang pendiam, suka bertafakkur, dan tajam pandangannya. Dia tidak pernah tidur di siang hari, dan belum pernah ada seseorang melihatnya meludah, tidak pernah mengeluarkan ingus, tidak pernah kelihatan kencing, buang air besar dan mandi, juga tidak pernah bercengkrama serta tidak pernah tertawa. Dia tidak pernah mengulangi perkataan yang telah diucapkannya, melainkan hanya kata-kata bijak yang diminta oleh seseorang agar ia mengulanginya. Dia pernah kawin dan mempunyai banyak anak, tetapi mereka mati semuanya dan dia tidak menangisi kematian mereka bersabar. Dia sering mendekati penguasa dan hakim-hakim untuk menimba pengalaman dan memikirkannya serta mengambil pelajaran darinya. Karena itulah maka ia berhasil meraih kedudukan yang dalam suatu asar yang garib bersumber dari Qatadah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-Abbas ibnul Walid, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Yahya ibnu Ubaid Al-Khuza'i, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Basyir, dari Qatadah yang mengatakan bahwa Allah menyuruh Luqman memilih antara hikmah dan kenabian. Maka Luqmanul Hakim memilih hikmah, tidak mau memilih melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Jibril mendatanginya saat ia sedang tidur. Jibril menaburkan kepadanya atau mencipratkan kepadanya hikmah itu. Pada pagi harinya Luqman dapat mengucapkan kata-kata mengatakan, Qatadah pernah berkata bahwa dikatakan kepada Luqman, "Mengapa engkau memilih hikmah atau ditaburi hikmah, padahal Tuhanmu menyuruhmu memilih?" Maka Luqman menjawab, "Seandainya aku diharuskan menjadi nabi, tentulah aku berharap beroleh keberhasilan dan tentu pula aku berharap dapat menunaikan tugas risalahku sebaik-baiknya. Tetapi ternyata Dia menyuruhku memilih, maka aku merasa khawatir bila tidak mampu menjalankan tugas kenabian. Karena itulah maka hikmah lebih aku sukai."Ini merupakan riwayat melalui jalur Sa’id ibnu Basyir, dia berpredikat agak daif dan para ulama hadis banyak yang membicarakan kelemahan­nya. Hanya Allah Yang Maha riwayat Sa'id ibnu Abu Arubah, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman. Luqman12 Bahwa yang dimaksud dengan hikmah ialah pengetahuan tentang agama Islam, dan dia bukanlah seorang nabi yang diberi wahyu. Firman Allah Swt.Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman. Luqman12Yakni pemahaman, ilmu, dan "Bersyukurlah kepada Allah.” Luqman12Kami perintahkan kepadanya untuk bersyukur kepada Allah atas apa yang telah Dia anugerahkan kepadanya berupa keutamaan yang secara khusus hanya diberikan kepadanya, bukan kepada orang lain yang sezaman barang siapa yang bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri. Luqman12Artinya, sesungguhnya manfaat dan pahala dari bersyukur itu kembali kepada para pelakunya, karena ada firman Allah Swt. yang menyebutkandan barang siapa yang beramal saleh, maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan tempat yang menyenangkan. Ar Ruum44Adapun firman Allah Swt.dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji. Luqman12Yaitu Mahakaya, tidak memerlukan hamba-hamba-Nya. Dia tidak kekurangan, walaupun mereka tidak mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. Seandainya semua penduduk bumi ingkar kepada nikmat-Nya, maka sesungguhnya Dia Mahakaya dari selain-Nya, tidak ada Tuhan selain Dia, dan kami tidak menyembah selain hanya Kami telah memberikan Luqmân hikmah, ilmu dan kebenaran dalam berkata. Dan Kami katakan kepadanya, "Bersyukurlah kepada Allah atas nikmat yang telah Dia berikan kepadamu. Barangsiapa yang bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia mencari kebaikan untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang mengingkari nikmat dan tidak mensyukurinya, maka sesungguhnya Allah tidak membutuhkan rasa syukurnya. Dialah yang berhak dipuji, walau tak ada seorang pun yang memuji-Nya."
\n \ntafsir ibnu katsir surat luqman ayat 12 19
1Hadis+at+taubah+ayat+105 2 dalil+kitab+injil 3 dalil+kitab+zabur 4 surat at taubah ayat 105 5 hadist+al-hujurat+ayat+12 6 ibrahim 7 7 Al Isra ayat 26-27 8 dalil+kitab+taurat 9 Surat+al ikhlas 10 Injil 11 YUNUS 12 Nomor surat 13 ali imran 14 sabar 15 Zabur 16 Ali imran 159 17 dalil+kitab+Al quran 18 Yunus 101 19 jus berapa surat al an am ayat Al-Qur'an adalah firman Allah swt., yang diturunkan kepada utusannya Rasulullah saw., melalui perantara Malaikat Jibril. Fungsi Al-Qur'an sebagai pedoman serta petunjuk bagi umat manusia. Maka ketika Allah memerintahkan atau melarang, maka wajib bagi umat manusia untuk tunduk terhadap perintah dan larangan. 1 Al-Qur'an adalah kitab yang terakhir setelah kitab Taurat, Zabur, dan Injil. Al-Qur'an bernilai ibadah bagi siapa saja yang membacanya. 2 Dalam Al-Qur'an tidak ada sepatah katapun ucapan Rasulullah saw. Banyak penjelasan mengenai kehidupan manusia yang dapat dijadikan pedoman bagi seluruh manusia dalam kehidupan sehari-hari. TerjemahSurat Luqman Ayat 12-13 12. [1]Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, "Bersyukurlah kepada Allah [2]! Dan barang siapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri [3]; dan barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji [4]." ABSTRAK Allah SWT. Menciptakan manusia sebagai hamba Allah dan Khalifah Allah di muka bumi yang bertugas agar menyembah Allah dan menjalankan hidupnya berdasarkan pedoman yang diberikan oleh Allah melalui keteladanan Rasul-Nya. Walaupun manusia lahir diumpamakan seperti kertas putih bersih atau ia lahir dengan pembawaan yang dapat berkembang sendiri, tetapi perkembangan itu tidak akan maju kalau tidak melalui proses tertentu, yaitu proses pendidikan. Jika sebuah keluarga yang anaknya terlibat perbuatan tercela, yang akan menanggung malu di masyarakat bukan hanya dirinya tapi semua yang dalam keluarga itu. Keterangan di atas menunjukkan bahwa pendidikan keimanan dalam keluarga sangat penting sekali dan sejauh mana peranan dan tanggung jawab keluarga dalam pendidikan, sehingga terciptanya sebuah keluarga yang sakinah mawaddah warrahmah. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan jenis penelitian kepustakaan dan pendekatan tafsir, Sumber Data yang meliputi data primer dan data skunder, Teknik Pengumpulan Data, menelaah, mencatat hasil telaah risalah, menganalisa, menggunakan pendapat dan kesimpulan. Metode Analisa dengan menggunakan Metode Deskripsi dan Content Analisis. Dari hasil analisis dapat disimpulkan sebagai berikut Pertama, pendidikan keimanan merupakan asal dan segala upaya pendidikan dan dasar penopang bagi kehidupan manusia baik sebagai individu maupun masyarakat. Terutama dalam sebuah keluarga karena keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama, disamping itu lingkungan keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan. Kedua,adapun metode pendidikan untuk menanamkan rasa iman dalam keluarga sehingga terciptanya kelurga sakinah mawaddah warrahmah adalah sebagai berikut metode khiwar percakapan, Qur'ani dan Nabawi, Kisah Qur'ani dan Nabawi, Amtsal perumpamaan, Teladan, Pembiasaan, Ibroh dan Mau'izoh. Kata Kunci Pendidikan Keimanan, Keluarga, Surat At-Tahrim Ayat 6 A. Pendahuluan Al-Qur'an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan lewat jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam Al-Qur'an itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut Aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut Syari'ah. Adapun kelebihan Al-Qur'an dibanding dengan kitab yang lainnya yakni dilihat dari segi ajarannya. Dimana ajaran Al-Qur'an sangat kompleks dari masalah
Tulisanini hanya akan memuat teks surat luqman ayat 12 sampai 19, untuk penjelasan atau tafsirnya silahkan lihat pada salah satu kitab tafsir misalnya tafsir Ibnu Katsir atau tafsir jalalain. Dalam sejarahnya, Luqman dikenal sebagai sosok yang sangat peduli dengan pendidikan anak sehingga tidak heran jika ayat tentang luqman ini dijadikan
Ayat 12-13 Kisah Luqman yang bijaksana, nasihatnya kepada anaknya tentang pentingnya syukur dan bahaya syirk. وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ ١٢ وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ ١٣ Terjemah Surat Luqman Ayat 12-13 12. [1]Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, “Bersyukurlah kepada Allah[2]! Dan barang siapa bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri[3]; dan barang siapa tidak bersyukur kufur, maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji[4].” 13. [5]Dan ingatlah ketika Luqman[6] berkata kepada anaknya[7], ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.” Ayat 14-15 Pentingnya seorang bapak memperhatikan pendidikan anaknya, bagaimana mendidik anak secara Islami, dan perintah menaati kedua orang tua selama isinya bukan maksiat kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala. وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ ١٤ وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ ١٥ Terjemah Surat Luqman Ayat 14-15 14. [8]Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. [9]Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah[10], dan menyapihnya dalam usia dua tahun[11]. Bersyukurlah kepada-Ku[12] dan kepada kedua orang tuamu[13]. Hanya kepada Aku kembalimu[14]. 15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya[15], dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku[16]. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu[17], maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan[18]. Ayat 16-19 Penjelasan tentang luasnya ilmu Allah Subhaanahu wa Ta’aala, pentingnya menanamkan rasa muraqabah merasa diawasi Allah Subhaanahu wa Ta’aala ke dalam diri anak, pentingnya mengajarkan anak akhlak yang mulia dan mengingatkan kepadanya agar menjauhi akhak tercela. يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الأرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ ١٦ يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأمُورِ ١٧ وَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ ١٨وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الأصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ ١٩ Terjemah Surat Luqman Ayat 16-19 16. Luqman berkata, “Wahai anakku! Sungguh, jika ada sesuatu perbuatan seberat biji sawi[19], dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya balasan[20]. Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Mahateliti[21]. 17. Wahai anakku! Laksanakanlah shalat[22] dan suruhlah manusia berbuat yang ma’ruf dan cegahlah mereka dari yang mungkar[23] dan [24]bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting[25]. 18. Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia karena sombong[26] dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh[27]. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong[28] dan membanggakan diri[29]. 19. Dan sederhanakanlah dalam berjalan[30] dan lunakkanlah suaramu[31]. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai[32]. [1] Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitahukan tentang nikmat-Nya yang diberikan kepada hamba-Nya yang mulia; Luqman. Nikmat yang diberikan-Nya itu adalah hikmah kebijaksanaan, yaitu pengetahuan terhadap kebenaran sesuai keadaan yang sebenarnya dan mengetahui rahasianya. Hikmah adalah mengetahui hukum-hukum dan mengetahui rahasia yang terkandung di dalamnya, karena terkadang seseorang berilmu namun tidak mengetahui hikmahnya. Berbeda dengan hikmah, maka ia mencakup ilmu, amal, dan hikmah atau rahasianya. Oleh karena itulah, ada yang menafsirkan hikmah dengan ilmu yang bermanfaat dan amal yang saleh. Setelah Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberikan nikmat yang besar ini, Dia memerintahkan Beliau untuk bersyukur, agar nikmat itu diberkahi dan bertambah. Demikian pula memberitahukan, bahwa syukur yang dilakukan seseorang manfaatnya untuk dirinya sendiri, dan jika kufur, maka bencananya pun untuk dirinya sendiri. [2] Yakni karena hikmah yang telah Kami anugerahkan kepadamu. [3] Karena pahalanya untuk dirinya sendiri. [4] Allah Subhaanahu wa Ta’aala tidaklah butuh kepada syukur seorang hamba, dan Dia Maha Terpuji dalam qada’ dan qadar-Nya terhadap orang yang menyelisihi perintah-Nya. Sifat kaya pada-Nya termasuk sifat lazim mesti pada zat Diri-Nya. Dia yang terpuji karena sifat-sifat-Nya yang sempurna dan karena perbuatannya yang baik dan indah, termasuk lazim zat-Nya. Masing-masing sifat ini adalah sifat sempurna, dan ketika keduanya berkumpul bersama, maka semakin sempurna. [5] Imam Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, ia berkata Ketika turun ayat, “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman.” Terj. Al An’aam 82 Para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkaa, “Siapakah di antara kami tidak melakukan kezaliman kepada dirinya?” Maka Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat, “sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.” Terj. Luqman 13 Al Hafizh dalam Al Fath juz 1 hal. 95 berkata, “Riwayat Syu’bah ini menghendaki, bahwa pertanyaan tersebut merupakan sebab turunnya ayat yang ada dalam surah Luqman, akan tetapi Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari jalan yang lain dari Al A’masy, yaitu Sulaiman yang disebutkan dalam hadits bab ini, maka dalam riwayat Jarir darinya disebutkan, bahwa mereka para sahabat berkata, “Siapakah di antara kami yang tidak mencampuradukkan keimanannya dengan kezaliman?” Maka Beliau bersabda, “Bukan seperti itu. Tidakkah kamu mendengar kata-kata Luqman.” Dalam riwayat Waki’ darinya Ibnu Mas’ud pula disebutkan, “Bukan seperti yang kamu kira,” sedangkan dalam riwayat Isa bin Yunus disebutkan, “Sesungguhnya ia adalah syirk. Tidakkah kamu mendengar kata-kata Luqman.” Zahir hadits ini menunjukkan, bahwa ayat yang disebutkan dalam surah Luqman sudah diketahui oleh mereka para sahabat, oleh karenanya Beliau mengingatkannya. Bisa juga turunnya pada saat itu, lalu Beliau membacakanya kepada mereka, kemudian Beliau mengingatkan mereka, sehingga kedua riwayat dapat disatukan.” [6] Para mufassir berbeda pendapat, apakah Luqman seorang nabi atau hamba yang saleh wali? Namun kebanyakan mereka berpendapat, bahwa Beliau adalah hamba yang saleh, wallahu a’lam. Allah Subhaanahu wa Ta’aala hanya menyebutkan tentang hikmah yang diberikan-Nya dan menyebutkan sebagian hal yang menunjukkan kebijaksanaannya dalam menasehati anaknya. Di sana Beliau menyebutkan ushul dasar-dasar hikmah dan kaedah-kaedahnya yang besar. [7] Oleh karena kebijaksanaannya, maka dalam nasehatnya ia sebutkan perintah dan larangan disertai dengan targhib dan tarhib dorongan dan ancaman. Dia memerintahkan anaknya berbuat ikhlas dan melarangnya berbuat syirk serta menerangkan sebab mengapa dilarang, yaitu karena syirk adalah kezaliman yang besar. Di tafsir surah An Nisaa’ ayat 36, kami sudah menerangkan secara lebih rinci tentang syirk dan pembagiannya, maka lihatlah. Syirk dikatakan sebagai kezaliman yang besar adalah karena di sana seseorang menyamakan makhluk yang dicipta dengan Yang Maha Pencipta, menyamakan makhluk yang memiliki kekurangan lagi fakir dari berbagai sisi dengan Yang Mahasempurna lagi Mahakaya dari berbagai sisi. Bukankah ini merupakan kezaliman yang luar biasa? Adakah kezaliman yang lebih besar daripada seseorang yang diciptakan Allah untuk menyembah dan mentauhidkan-Nya, namun malah membawa dirinya ke lembah kehinaan, menjadikan dirinya menyembah sesuatu yang tidak mampu berbuat apa-apa? Syirk disebut kezaliman, di mana arti zalim adalah menempatkan sesuatu yang bukan pada tempatnya, karena dalam syrik seseorang menempatkan ibadah kepada yang bukan tempatnya, seperti kepada patung, berhala dan makhluk-makhluk lainnya. Padahal yang seharusnya disembah adalah yang menciptakan alam semesta, yang memberinya rezeki dan yang menguasainya. Larangan Luqman kepada anaknya agar tidak berbuat syirk terdapat perintah untuk mentauhidkan Allah dan beribadah hanya kepada-Nya. [8] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta’aala memerintahkan untuk memenuhi hak-Nya, yaitu dengan mentauhidkan-Nya dan menjauhi syirk, maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala memerintahkan untuk memenuhi hak kedua orang tua, yaitu dengan berbakti kepada keduanya. [9] Selanjutnya, Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan sebab yang mengharuskan berbakti kepada kedua orang tua, terutama ibu. [10] Ibu merasakan berbagai derita. Sejak calon bakal anak sebagai mani, si ibu merasakan ngidam dan kurang nafsu makan, merasakan sakit, lemah, dan semakin bertambah lemah ketika janin semakin membesar, kelemahan pun bertambah ketika hendak melahirkan dan ketika melahirkan. [11] Maksudnya, waktu menyapih yang paling lambat ialah setelah anak berumur dua tahun. [12] Yaitu dengan beribadah kepada-Nya dan memenuhi hak-hak-Nya, serta tidak menggunakan nikmat-nikmat-Nya untuk bermaksiat kepada-Nya. [13] Yaitu dengan berbuat ihsan kepada keduanya baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan. Misalnya adalah mengucapkan kata-kata yang lembut dan halus, sedangkan dengan perbuatan adalah dengan merendahkan diri, menghormati, memuliakan, dan memikul bebannya, serta menjauhi sikap yang menyakitkannya, baik bentuknya ucapan maupun perbuatan. [14] Yakni kamu wahai manusia akan dikembalikan kepada Tuhan yang memerintahkan dan membebanimu demikian, Dia akan bertanya kepadamu, “Apakah kamu telah melaksanakannya sehingga kamu akan diberi pahala, atau kamu malah melalaikannya sehingga kamu memperoleh siksa?” [15] Yakni jangan kamu kira bahwa menaati orang tua yang menyuruh berbuat syirk termasuk berbuat ihsan kepada keduanya, karena hak Allah harus didahulukan atas hak semua manusia. Allah Subhaanahu wa Ta’aala tidak mengatakan, “Maka durhakailah kedua orang tua, “ tetapi mengatakan, “maka janganlah engkau menaati keduanya,” karena berbuat baik harus tetap dilakukan kepada kedua orang tua, tetapi ketika kedua orang tua menyuruh kufur dan maksiat, seperti berbuat syirk, maka tidak boleh ditaati. [16] Mereka ini adalah orang-orang yang beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan qadar, lagi berserah diri dan kembali kepada Tuhannya. Mengikuti jalan mereka adalah menempuh jalan mereka ketika kembali kepada Allah, yaitu dengan menarik hati lalu badan untuk mengerjakan perbuatan yang diridhai Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Firman-Nya, “Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku.” Terdapat dalil perintah mengikuti para sahabat, karena mereka adalah orang-orang yang sangat semangat sekali kembali kepada Allah, terutama para khalifah rasyidin radhiyallahu anhum, dan ayat ini juga menunjukkan bahwa ucapan mereka para sahabat adalah hujjah. [17] Baik yang taat maupun yang bermaksiat. [18] Karena tidak ada satu pun amalmu yang luput dari pantauan Allah, dan selanjutnya Dia akan memberikan balasan. [19] Yaitu sesuatu yang paling kecil dan tidak dipedulikan. [20] Karena ilmu-Nya yang luas, sempurnanya ketelitian-Nya, dan sempurnanya kemampuan-Nya. [21] Dia halus dalam pengetahuan dan ketelitian-Nya sehingga mengetahui secara detail dan mengetahui sesuatu yang tersembunyi dan rahasia. Maksud ayat ini adalah untuk mendorong manusia untuk memiliki rasa pengawasan Allah, mengerjakan ketaatan sesuai kemampuan, serta menakut-nakuti agar tidak mengerjakan keburukan, besar atau kecil. [22] Karena ia merupakan ibadah yang paling besar. [23] Hal ini menghendaki untuk mengetahui yang ma’ruf dan yang mungkar, demikian pula mengetahui sesuatu yang menyempurnakan amar ma’ruf dan nahi mungkar seperti lembut dan bersabar. Dalam ayat ini terdapat penyempurnaan terhadap diri dengan mengerjakan kebaikan dan meninggalkan keburukan, dan menyempurnakan orang lain dengan memerintah dan melarang. [24] Oleh karena dalam memerintah dan melarang terdapat ujian, dan karena memerintah dan melarang berat dilakukan oleh jiwa, maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala memerintahkan untuk bersabar. [25] Dan tidak ada yang diberi taufik kepadanya kecuali orang yang memiliki kemauan yang keras. [26] Yakni janganlah kamu memalingkan wajahmu dari manusia ketika kamu berbicara dengan mereka atau mereka berbicara denganmu sebagai sikap perendahanmu terhadap mereka. Zaid bin Aslam mengatakan, “Janganlah kamu berbicara sambil berpaling.” [27] Bangga dengan nikmat, tetapi lupa dengan yang memberikan nikmat, serta ujub kepada diri sendiri. [28] Pada diri dan sikapnya lagi membesarkan diri. [29] Dengan ucapannya. [30] Maksudnya, ketika kamu berjalan, janganlah terlalu cepat dan jangan pula terlalu lambat. Atau berjalanlah dengan tawadhu’ dan tenang, tidak berjalan seperti orang sombong dan tidak berjalan seperti orang yang lemah. [31] Yakni jangan berlebihan dalam berbicara dan janganlah meninggikan suara dalam hal yang tidak perlu sebagai adab terhadap Allah dan terhadap manusia. [32] Yakni orang yang mengeraskan suara dan meninggikannya adalah seperti keledai bersuara. Wasiat Luqman kepada anaknya mengandung hukum-hukum penting. Luqman memerintahkan kepada anaknya dasar agama, yaitu tauhid dan melarangnya berbuat syirk, serta menerangkan pula sebab untuk menjauhinya. Beliau juga memerintahkan berbakti kepada kedua orang tua dan menerangkan sebab yang mengharuskan untuk berbakti kepada keduanya. Beliau juga memerintahkan anaknya untuk bersyukur kepada Allah dan bersyukur kepada kedua orang tuanya, dan menerangkan, bahwa menaati perintah orang tua tetap dilakukan selama orang tua tidak memerintahkan berbuat maksiat, meskipun begitu, seseorang tetap tidak boleh mendurhakai orang tua, bahkan tetap berbuat baik kepada keduanya. Luqman juga memerintahkan anaknya agar memiliki rasa pengawasan Allah dan bahwa Dia tidaklah meninggalkan sesuatu yang kecil atau yang besar kecuali Dia akan mendatangkannya. Luqman juga melarang anaknya agar tidak bersikap sombong dan membanggakan diri, serta memerintahkan untuk bertawadhu’, dan memerintahkannya agar tenang dalam bergerak dan agar merendahkan suara. Demikian pula Beliau memerintahkan anaknya beramar ma’ruf dan bernahi mungkar serta tetap mendirikan shalat dan berlaku sabar, di mana dengan keduanya shalat dan sabar, maka semua masalah menjadi mudah. MakaRasulullah Saw. bersabda, "Bukan demikian yang dimaksud dengan zalim. Tidakkah kamu mendengar ucapan Luqman: 'Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.' (Luqman: 13) Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Al-A'masy dengan sanad yang sama. PalingSering Dicari. 1 Hadis+at+taubah+ayat+105 2 Surat almaidah ayat 48 3 Surat almaidah48 4 dalil+kitab+injil 5 dalil+kitab+zabur 6 Qur'an+Surat+almaidah+ayat+148 7 Ad Dzariyat ayat 1 8 Surat at Taubah ayat 105 9 Al Isra ayat 26-27 10 Injil 11 ali imran 12 YUNUS 13 unta 14 hadist+al-hujurat+ayat+12 15 zabur 16 dalil+kitab+Al quran 17 Nomor surat 18 Tafsir ibnu katsir qs almaidah ayat 48 19
\n \ntafsir ibnu katsir surat luqman ayat 12 19
7024. 176 375 186 180 80 145 273 280 340

tafsir ibnu katsir surat luqman ayat 12 19