Sekiranyaada juga ia dilakukan oleh orang Arab keturunan Nabi Muhammad s.a.w. seperti yang pernah dilakukan Saiyid Utsman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya al-Alawi, Mufti Betawi. Saiyid Alwi al-Haddad ialah seorang ulama yang berpendirian
As-Sayyid al-Walid Habibana Hasan bin Ja’far Assegaf dan beliau sendiri yang mengalaminya. Suatu ketika, semasa Habib Hasan di Pesantren Darul Hadist Malang, beliau dipanggil oleh gurunya untuk membuat teh 2 gelas. Lalu Habib Hasan bingung berfikir dalam hati beliau, kan ga ada tamu kok minta bikin 2 gelas teh. Tapi karena printah guru besar, beliau turuti. Singkat cerita, jadilah teh itu dibawa ke hadapan guru beliau Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bil Faqih. Lalu Habib Hasan berfikir, kalau teh itu untuk beliau berdua. Ternyata Habib Hasan disuruh keluar. “Ya Hasan, ente boleh keluar,” kata Habib Abdullah Bil Faqih. Lalu Habib Hasan keluar. Dari kejauhan Habib menunggu tamu siapa yang akan datang. Dan lalu tiba-tiba datang tukang siomay berpakaian compang-camping dengan mengenakan handuk kecil di lehernya. Lalu tukang siomay itu diciumi kening dan pipinya oleh gurunya Habib Hasan. Dan tukang siomay itu memegang jenggot gurunya, dalam hati Habib Hasan, bertanya-tanya siapa dia lancang sekali. Tidak lama kemudian, karena Habib Hasan perutnya sakit beliau menuju belakang kamar mandi, tidak selang lama panggilan adzan datang. Lalu Habib Hasan buru-buru menuju masjid, dan ketika sebelum sampai masjid, bertemu guru beliau al Habib Abdullah bin Abdulqadir bin Ahmad Bil Faqih. Lalu beliau bercakap-cakap dengan Habib Hasan, “Coba tadi ente sabar sebentar menunggu ane. Ane ajak salaman sama beliau.” “Enak aje ente. Ente liat pake kaca mata gak? Itu Nabiyullah Khidir yang bertamu ama ane. Kalau beliau pake gamis dann imamah rapih, orang-orang pada mau salaman.” Subhanallah…. peristiwa ini terjadi pada tahun 1980an. Guru Mulia Habib Abdullah Bin Abdul Qodir Bilfaqih lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal 1355 H / 1935 M. Beliau wafat pada hari Sabtu 24 Jumadil Awal 1411 H / 30 November 1991 dalam usia 56 tahun. Beliau dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum TPU Kasin, Kel. Kasin, Kec. Klojen, dekat Rumah Sakit Bersalin Anak Muhammadiyah Malang. Habib Abdullah bin Abdul Qadir bin Ahmad BilFaqih al-’Alawi adalah ulama yang masyhur alim dalam ilmu hadits. Beliau menggantikan ayahandanya Habib Abdul Qadir bin Ahmad BalFaqih sebagai penerus mengasuh dan memimpin pesantren yang diasaskan ayahandanya tersebut pada 12 Rabi`ul Awwal 1364 / 12 Februari 1945 di Kota Malang, Jawa Timur. Pesantren yang terkenal dengan nama Pondok Pesantren Darul Hadits al-Faqihiyyah Ahlus Sunnah wal Jamaah. Pesantren ini telah melahirkan para ulama yang kemudiannya bertebaran di segenap pelusuk Nusantara. Sebagiannya telah menurut jejak langkah guru mereka dengan membuka pesantren-pesantren demi menyiarkan dakwah dan ilmu, antaranya ialah Habib Ahmad al-Habsyi PP ar-Riyadh, Palembang, Habib Muhammad Ba’Abud PP Darun Nasyi-in, Lawang, Kiyai Haji Alawi Muhammad PP at-Taroqy, Sampang, Madura dan ramai lagi. “Semangat membaca? kisah Kisah Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih Malang Bertemu Nabi Khidir ini? Share ya..-ed” Suatu ketika saat menunaikan ibadah haji, Habib Abdul Qadir Bilfagih berziarah ke makam Rasulullah SAW di kompleks Masjid Nabawi, Madinah. Di sana ia memanjatkan doa kepada Allah SWT agar dikaruniai putra yang kelak tumbuh sebagai ulama besar, dan menjadi seorang ahli hadits. Beberapa bulan kemudian, doa itu dikabulkan oleh Allah SWT. Pada 12 Rabiul Awal 1355 H/1935 M, lahirlah seorang putra buah pernikahan Habib Abdul Qadir dengan Syarifah Ummi Hani binti Abdillah bin Agil, yang kemudian diberi nama Abdullah. Sesuai dengan doa yang dipanjatkan di makam Rasulullah SAW, Habib Abdul Qadir pun mencurahkan perhatian sepenuhnya untuk mendidik putra tunggalnya itu. Pendidikan langsung ayahanda ini tidak sia-sia. Ketika masih berusia tujuh tahun, Habib Abdullah sudah hafal Al-Quran. Hal itu tentu saja tidak terjadi secara kebetulan. Semua itu berkat kerja sama yang seimbang antara ayah yang bertindak sebagai guru dan anak sebagai murid. Sang guru mengerahkan segala daya upaya untuk membimbing dan mendidik sang putra, sementara sang anak mengimbanginya dengan semangat belajar yang tinggi, ulet, tekun, dan rajin. Menjelang dewasa, Habib Abdullah menempuh pendidikan di Lembaga Pendidikan At-Taroqi, dari madrasah ibtidaiyah hingga tsanawiyah di Malang, kemudian melanjutkan ke madrasah aliyah di Pondok Pesantren Darul Hadits Al-Faqihiyyah li Ahlis Sunnah Wal-Jama’ah. Semua lembaga pendidikan itu berada di bawah asuhan ayahandanya sendiri. Sebagai murid, semangat belajarnya sangat tinggi. Dengan tekun ia menelaah berbagai kitab sambil duduk. Gara-gara terlalu kuat belajar, ia pernah jatuh sakit. Meski begitu ia tetap saja belajar. Barangkali karena ingin agar putranya mewarisi ilmu yang dimilikinya, Habib Abdul Qadir pun berusaha keras mendidik Habib Abdullah sebagai ahli hadits. Maka wajarlah jika dalam usia relatif muda, Habib Abdullah telah hafal dua kitab hadits shahih, yakni Shahihul Bukhari dan Shahihul Muslim, lengkap dengan isnad dan silsilahnya. Tak ketinggalan, kitab-kitab Ummahatus Sitt kitab induk hadits, seperti Sunan Abu Daud, Sunan Turmudzy, Musnad Syafi’i, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal; Muwatha’karya Imam Malik; An-Nawadirul Ushul karya Imam Hakim At-Turmudzy; Al-Ma’ajim ats-Tsalats karya Abul Qasim At-Thabrany, dan lain-lain. Tidak hanya menghafal hadits, Habib Abdullah juga memperdalam ilmu musthalah hadist, yaitu ilmu yang mempelajari hal ikhwal hadits berikut perawinya, seperti Rijalul Hadits,yaitu ilmu tentang para perawi hadits. Ia juga menguasai Ilmu Jahr Ta’dil kriteria hadits yang diterima dengan mempelajari kitab-kitab Taqribut Tahzib karya Ibnu Hajar Al-Asqallany, Mizanut Ta’dil karya Al-Hafidz adz-Dzahaby. Selain dikenal sebagai ahli hadits, Habib Abdullah juga memperdalam tasawuf dan fiqih, juga langsung dari ayahandanya. Dalam ilmu fiqih ia mempelajari kitab fiqih empat madzhab Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hanbali, termasuk kitab-kitab fiqih lain, seperti Fatawa Ibnu Hajar, Fatawa Ramli, dan Al-Muhadzdzab Imam Nawawi. Setelah ayahandanya mangkat pada 19 November 1962 21 Jumadil Akhir 1382 H, otomatis Habib Abdullah menggantikannya, baik sebagai pengasuh pondok pesantren, muballigh, maupun pengajar. Selain menjabat direktur Lembaga Pesantren Darul Hadits Malang, ia juga memegang beberapa jabatan penting, baik di pemerintahan maupun lembaga keagamaan, seperti penasihat menteri koordinator kesejahteraan rakyat, mufti Lajnah Ifta Syari’i, dan pengajar kuliah tafsir dan hadits di IAIN dan IKIP Malang. Ia juga sempat menggondol titel doktor dan professor. Sebagaimana ayahandanya, Habib Abdullah juga dikenal sebagai pendidik ulung. Mereka bak pinang dibelah dua, sama-sama sebagai pendidik, sama-sama menjadi suri tedalan bagi para santri, dan sama-sama tokoh kharismatik yang bijak. Seperti ayahandanya, Habib Abdullah juga penuh perhatian dan kasih sayang, dan sangat dekat dengan para santri. Sebagai guru, ia sangat memperhatikan pendidikan santri-santrinya. Hampir setiap malam, sebelum menunaikan shalat Tahajjud, ia selalu mengontrol para santri yang sedang tidur. Jika menemukan selimut santrinya tersingkap, ia selalu membetulkannya tanpa sepengetahuan si santri. Jika ada santri yang sakit, ia segera memberikan obat. Dan jika sakitnya serius, ia akan menyuruh seseorang untuk mengantarkannya ke dokter. Seperti halnya ulama besar atau wali, pribadi Habib Abdullah mulia dan kharismatik, disiplin dalam menyikapi masalah hukum dan agama. Tanpa tawar-menawar, sikapnya selalu tegas yang haq tetap dikatakannya haq, yang bathil tetap dikatakannya bathil. Sikap konsisten untuk mengamalkan amar ma’ruf nahi munkar itu tidak saja ditunjukkan kepada umat, tapi juga kepada pemerintah. Pada setiap kesempatan hari besar Islam atau hari besar nasional, Habib Abdullah selalu melancarkan saran dan kritik membangun – baik melalui pidato maupun tulisan. Habib Abdullah juga dikenal sebagai penulis artikel yang produktif. Media cetak yang sering memuat tulisannya, antara lain, harian Merdeka, Surabaya Pos, Pelita, Bhirawa, Karya Dharma, Berita Buana, Berita Yudha. Ia juga menulis di beberapa media luar negeri, seperti Al-Liwa’ul Islamy Mesir, Al-Manhaj Arab Saudi, At-Tadhammun Mesir, Rabithathul Alam al-Islamy Makkah, Al-Arabi Makkah, Al-Madinatul MunawarahMadinah. Habib Abdullah wafat pada hari Sabtu 24 Jumadil Awal 1411 H 30 November 1991 dalam usia 56 tahun. Ribuan orang melepas kepergiannya memenuhi panggilan Allah SWT. Setelah dishalatkan di Masjid Jami’ Malang, jenazahnya dimakamkan berdampingan dengan makam ayahandanya di pemakaman Kasin, Malang, Jawa Timur. Penulis Al-Musthofa. ____________ Semoga artikel Kisah Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih Malang Bertemu Nabi Khidir ini dapat memberikan manfaat dan barokah untuk kita semua. amiin.. simak juga artikel selain Kisah Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih Malang di sini simak juga video terkait di sini
HabibAbdul Qodir bin Ahmad Bilfaqih wafat pada 12 Jumadil Akhir 1382 H bertepatan degan 19 November 1962 M, dalam usia 62 tahun. Pada detik-detik menjelang beliau wafat, beliau mengatakan kepada putranyaa, Habib Abdullah, “Lihatlah wahai anakku. Ini kakekmu, Muhammad SAW dan Ibumu Sayyidatuna Fatimah Az-Zahra tekah datang untuk
Daftar Isi Profil Habib Abdullah bin Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih Kelahiran Wafat Pendidikan Menjadi Pengasuh Pesantren Murid-Murid Kelahiran Habib Abdullah bin Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih adalah putra pertama dari pasangan Habib Abdul Qadir dengan Syarifah Ummi Hani binti Abdillah bin Agil. Beliau lahir pada 12 Rabiul Awal 1355 H/1935 M Wafat Habib Abdullah bin Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih wafat pada usia 56 tahun, hari Sabtu 24 Jumadil Awal 1411 H atau 30 November 1991. Jenazah beliau dimakamkan berdampingan dengan makam ayahandanya di pemakaman Kasin, Malang, Jawa Timur. Pendidikan Semasa kecil Habib Abdullah bin Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih dididik langsung oleh ayahandanya untuk belajar ilmu agama, dan al-Qur’an. Pendidikan yang diberikan oleh ayahnya mampu diserap dengan baik oleh putranya. Hal tersebut dibuktikan dengan di usianya yang masih tujuh tahun, beliau sudah hafal Al-Quran. Menjelang dewasa, Habib Abdullah melanjutkan pendidikannya di Lembaga Pendidikan At-Taroqi Malang, di sana beliau sekolah madrasah ibtidaiyah hingga tsanawiyah, kemudian melanjutkan ke madrasah aliyah di Pondok Pesantren Darul Hadits Al-Faqihiyyah li Ahlis Sunnah Wal-Jama’ah. Di pondok pesantren tersebut Habib Abdullah dituntut oleh sang ayahnya agar menjadi seorang yang ahli hadis. Berkat dorongan dari sang ayah dan ketekunannya, dalam usianya yang masih muda beliau sudah mampu menghafal kitab-kitab hadis, antara lain dua kitab hadis shahih, yakni Shahihul Bukhari dan Shahihul Muslim, lengkap dengan isnad dan silsilahnya kitab-kitab selanjutnya adalah kitab Ummahatus Sitt kitab induk hadits, seperti Sunan Abu Daud Sunan Turmudzy Musnad Syafi’iMusnad Imam Ahmad bin Hanbal Muwatha’ karya Imam MalikAn-Nawadirul Ushul karya Imam Hakim At-Turmudzy Al-Ma’ajim ats-Tsalats karya Abul Qasim At-Thabrany Tidak hanya menghafal hadis, Habib Abdullah juga memperdalam ilmu musthalah hadis, yaitu ilmu yang mempelajari hal ikhwal hadis berikut perawinya. Selain itu, Habib Abdullah bin Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih juga menguasai Ilmu Jahr Ta’dil kriteria hadits yang diterima dengan mempelajari kitab-kitab Taqribut Tahzib karya Ibnu Hajar Al-Asqallany Mizanut Ta’dil karya Al-Hafidz adz-Dzahaby Kitab Fiqih Empat Madzhab Selain dikenal sebagai ahli hadis, Habib Abdullah juga memperdalam tasawuf dan fiqih langsung dari ayahandanya. Dalam ilmu fiqih ia mempelajari kitab fiqih empat madzhab Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hanbali, termasuk kitab-kitab fiqih lain, seperti Fatawa Ibnu Hajar, Fatawa Ramli, dan Al-Muhadzdzab Imam Nawawi. Menjadi Pengasuh Pesantren Setelah ayahannya, Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih Al Alawy wafat pada 12 Rabi`ul Awwal 1364 / 12 Februari 1945 di Kota Malang, Jawa Timur, Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih menggantikan ayahandanya sebagai penerus untuk mengasuh dan memimpin pesantren. Murid-Murid Ketika Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih menjadi pengasuh menggantikan ayahnya, beliau telah mencetak murid-muridnya yang mengikuti jejak langkah guru mereka dengan membuka pesantren-pesantren demi menyiarkan dakwah dan ilmu, antaranya ialah Habib Ahmad al-Habsyi PP ar-Riyadh, Palembang Habib Muhammad Ba’Abud PP Darun Nasyi’in, Lawang KH. Alawi Muhammad PP at-Taroqy, Sampang, Madura
KeturunanAbbas bin Abdullah di Jawa) 6). Abdurahman, mempunyai seorang anak laki bernama: Muhammad (wafat di Tarim tahun 1112 H), mempunyai dua orang anak laki Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih; Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih; Imam Husein bin Sayyidina Ali Ra; Nusaibah binti Ka’ab: Srikandi Penolong Rasulullah;
Hampir seluruh waktu Habib Abdurrahman Bilfaqih dipergunakan dijalan dakwah dan mengajar di pesantren. Memang buah jatuh tidak jauh dari induknya. Sejal kecil, anak ketiga pasangan Habib Abdullah bin Abdul Qodir Bilfaqih dan Syarifah Azizah Al-Jufri ini lahir pada 16 Desember 1972 di didik orangtuanya di pesantren. Setelah agak besar, beliau melanjutkan ke PP Darus Surur Kabupaten Bandung, dibawah asuhan Abuya Yahya, murid tarekat Habub Abdul Qodir Bilfaqih, kakeknya, yang paling sepuh yang baru saja meninggal bulan Agustus 2009 pondok pesantren ini, Habib abdurrahman Bilfaqih belajar ilmu agama dan tarekat dari tahun 1988- 1993. Di masa belajar itu, beliau melangsungkan pernikahan dengan Syarifah Laila binti Utsman Alaydrus pada tahun 1991 dan menetap dengan isterinya di dekat pondok pesantren. Usai mondok di Darus Surur, beliau dan isterinya menetap di Indramayu, kota asal isterinya. Namun setahun kemudian, Habib Abdurrahman melanjutkan belajar lagi ke PP At-Tauhidiyyah Giren Talang Tegal, Jawa Tengah, di bawah asuhan Syaikh Akhmad Said dan Syaikh Muhammad Khasani. Beliau belajar disana selama lima tahun, 1994 - 2000."Saya tertarik belajar di pesantren ini karena pesantren ini menitikberatkan pelajaran tauhid. Pendirinya dulu, Syaikh Ubaidillah, sudah dikenal sebagai ahli kajian tauhid, sehingga mendapat undangan Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, mufti Makkah pada abad ke-19, untuk bersama-sama membahas masalah tauhid bersama para ulama Timur Tengah waktu itu," tuturnya. Selepas belajar di Tegal, beliau dipanggil pulang ke Malang untuk memperkuat Dewan Pengasuh PP Darul Hadits. Dewan Pengasuh terdiri dari semua anak Habib Abdullah Bilfaqih, yaitu dua kakak lelakinya Habib Abdul Qodir dan Habib Muhammad , baru kemudian dirinya dan dua adik perempuannya Syarifah Ummu Hani dan Syarifah Khadijah . Video Dakwah Habib Abdurahman di Jakarta bersama Majelis Nurul MustofaNamun karena sehari-hari tinggal di Indramayu,Jawa Barat, Beliau hanya beberapa hari datang ke Malang. Di Indramayu, Habib Abdurrahman mengasuh pesantren, yang diberi nama Ribath Rahmatul Muhammadiyah. Pondok pesantren yang beralamat di Jl. Nyi Resik RT 01 RW 01 Sindang Indramayu, Jawa Barat. "Menjadi santri disini gratis, yang penting bisa mencuci pakaian dan merawat kamarnya sendiri," ujar ayah empat anak ini. Di pesantren itu, selain diajarkan ilmu agama, juga diajarkan tarekat tingkat dasar. Dalam perjalanan dakwahnya, Habib Abdurrahman mendapati, umat Islam sekarang kurang memperhatikan pendidikan cinta dan mengikuti teladan Rosulullah SAW. "Saya gambarkan, dulu di zaman Rosulullah masih hidup, para sohabat cinta, tunduk, dan meneladani Rosulullah SAW. Mereka setiap hari bisa bertemu junjungan mereka, dan mendengar pelajaran maupun bertanya tentang hal yang mereka tidak ketahui. Namun bisakah kita sekarang memposisikan diri sebagai para sahabat, yang setiap hari cinta, tunduk, dan meneladani Rosulullah SAW dalam kehidupan kita sehari-hari? Kalau kita ingin belajar dan bertanya , segeralah membaca A-lqur'an atau Hadits, atau bertanya kepada para ulama yang mengetahui kedua sumber Islam tersebut," katanya. Menurutnya, sikap seperti itu kini kurang diajarkan para ustadz kepada santrinya. Karena itulah, kaum muslimin sekarang memahami Islam sebagaimana dirinya dipengaruhi oleh budaya sekitar. Mestinya, kaum muslimin memahami Islam sebagaimana para sohabat mendapat bimbingan dari rosulullah SAW. " Apa yang kita petik dari meneladani cara para sohabat belajar kepada Nabi Muhammad SAW ? Mereka tidak ada satupun yang murtad hingga akhir hayatnya, dan hidup mereka selalu diterangi cahaya Islam. Dan saya yakin, semuanya masuk surga."Disamping mempelajari kitab kuning dan Tarekat Awaliyah, Habib Abdurrahman juga menerapkan kepada santrinya, yaitu membiasakan mereka berpuasa Senin Kamis, kemudian puasa Nabi Daud sehari puasa sehari tidak, dan terakhir puasa Dahr puasa setiap hari,selain lima hari terlarang-yaitu 'Idul fitri, Idul Adha, dan tiga hari setelah Idul Adha Puasa ini dengan tujuan untuk membersihkan hati dan menghindar dari segala godaan yang sering muncul ketika kita tidak menjadi Ustadz di dua pesantren itu, Habib Abdurrahman masih menyempatkan diri belajar lagi di luar negeri. Tepatnya, pada tahun 2003 beliau belajar ke PP Darul Musthafa Tarim, yang di asuh oleh Habib Umar bin Hafidz. "Belia hanya tabarukan, sebab disana hanya 40 hari saja. Selain itu, beliau juga banyak berkunjung ke beberapa Habib sepuh, seperti Al-Maghfurlah Sayyid Muhammad Al-Maliki, Al-Maghfurlah Habib Abdurrahman Assegaf, Habib Zain bin smith, Habib Salim Asy-Syathiri, untuk mendapatkan ijazah beberapa aurad Alawiyin. Tentu saja tidak hanya itu, dengan mendekatkan diri kepada para Habaib dan Ulama, banyak ilmu dan teladan yang diperoleh dari mereka. Setelah banyak belajar dari berbagai guru, saatnya Habib Abdurrahman mengajarkan apa yang telah didapatkannya. Selain memberikan kuliah umum kepada para santri Darul Hadits Malang, beliau juga mengasuh Ribath di Indramayu dan berbagai majlis ta'lim di berbagai kota. Pada malam Ahad pertama, pembacaan manaqib di majlis ta'lim Habib Muhammad bin Abdurrahman Assegaf di Indramayu. Sedang pada malam Ahad kedua, pembacaan kitab fiqih yang diikuti ratusan jamaah. Ada juga jadwal di Bandung, yaitu pada malam Selasa awal bulan. Kemudian di Jakarta, ada beberapa tempat. Pada Rabu kedua setiap bulan di Masjid Al-Bahri di Panjaitan. Pada Kamis malam di ribath yang terletak di Pondok Bambu. Belum lagi ta'lim yang sifatnya undangan khusus yang diselenggarakan di beberapa kota di Indonesia maupun luar negeri. Istiqomah Berpuasa Dahr Di tengah jadwal dakwah yang padat itu, Habib Abdurrahman mengamalkan puasa Dahr. Kebiasaan itu sudah berjalan sejak lima tahun lalu. Beliau merasa tidak berat, tetapi justru merasakan bahwa puasanya itu semakin mendukung kesehatan ruhani dan jasmaninya. Beliau mengaku tidak pernah terkena stres atau penyakit jasmani lainnya NASAB BELIAUSayyid Abdurrahman Najlil Imamil Qurtbil Habib Abdullah Bilfaqih Al-Alawy RA.▼Sayyiduna Wa Maulana Al-Imam Al-Hafidz Al-Musnid Al-Qutub Al-Habib Abdullah Bilfaqih Al-Alawy RA▼Sayyiduna Wa Maulana Al-Imam Al-Habr Al-Qutub Al-Habib Abdul Qodir Bilfaqih Al-Alawy RA ▼Sayyiduna Imam Al-Habib Muhammad bin Ibrahim Bilfaqih Al-alawy RA▼Sayyidunal Imam Isa bin Muhammad Az-zamzany RA▼Sayyidunal imam yahaya bin Muhammad jamalul lail RA▼Sayyidunal imam Abdullah bin ahmad al-alawy RA▼Sayyidunal imam al-allamtud dunya abdur rahman bin abdulloh bilfaqih Al-Alawy RA▼Sayyidunal imam ahmad bin umar bin mudlor al-alawy▼Sayyidunal imam al-gagihul muqoddam ats-tsany abdur rahman bin Muhammad as-assegaf RA▼Sayyidunal imam abdulloh ba’alawy▼Sayyidunal imam Muhammad bin isa bin abi fadhol RA▼Sayyidunal imam al-faqih muqoddam Muhammad bin ali ba’alawy RA Mursyid Pertama Thoriqoh Alawiyah Dari Sayyidunal Imam Al-faqih Muqoddam RA terbagi menjadi dua jalur yakni Jalur Ahlul Bait dan Bukan Ahlul BaitJalur Ahlul BaitSayyidunal imam al-faqih muqoddam Muhammad bin ali ba’alawy RA▼Sayyidunal Imam Ali Bin Muhammad Ba’alawy RA▼Sayyidunal imam Isa An-Naqib RA▼Sayyidunal Imam Muhammad bin ali Shohibul Marbath RA▼Sayyidunal Imam Ali Bin Alwy Kholi Qosam RA▼Sayyidunal Imam Muhammad Bin alwy bin Muhammad ba’alawy RA▼Sayyidunal imam Alwy RA Jaddu Bani Alawy ▼Sayyidunal Imam Ubaidillah bin ahmad Al-muhajir RA Sultonul Wujud ▼Sayyidunal imam Ahmad Bin Isa An-Naqib RA▼Sayyidunal Imam Ali Al-Uraidhy Ra▼Sayiidunal Imam ja’far As-Shodiq RA▼Sayyidunal Imam Muhammad Al- Baqir RA▼Sayyidunal Imam Ali Zainal Abidin RA▼Sayyidunal Imam Abu Abdillah Al-Husain RA▼Sayyidunal Imam Ali Bin Abi Tholib KRW▼Sayyidunal Wa Maulana Muhammad Rasulullah SAWJalur Bukan Ahlul BaitSayyidunal Imam Al- Faqih Muqoddam Sayyiduna Muhammad Bin Ali Ba’alawy RA▼Sayyiduna As-Syekh Abu Madyan Bin Syu’eb Bin Al-Husein RA▼Sayyiduna As-Syekh Nuruddin Ali Bin Chizihim RA▼Sayyiduna As-Syekh Abu Bakar Muhammad Bin Abdillah Al-Ma’arifi RA▼Sayyiduna As-Syekh Abdul Malik RA Imamul Haromain ▼Sayyiduna As-Syekh Abdullah Bin Yusuf Al-Juwainy RA▼Sayyiduna As-Syekh Abu Tholib Muhammad Bin Ali Al-Makki RA▼Sayyiduna As-Syekh Abu Bakar Dullaf Bin Juhdur As-Subly RA▼Sayyiduna As-Syekh Abul Qosim Al-Junaid Bin Muhammad Al- Baghdad RA▼Sayyiduna As-Syekh Abul Hasan As-Sirri As-Siqthi RA▼Sayyiduna As-Syekh Abu Mahfudz Ma’ruf Al-Karkhi RA▼Sayyiduna As-Syekh Abu Sulaiman Daud Bin Nushoir At-Tho’iy RA▼Sayyiduna As-Syekh Abu Muhammad habib Bin Muhammad Al-Ajamy RA▼Sayyiduna As-Syekh Abu Said Al-Hasan Bin Abil Hasan Al-Bashry RA▼Sayyidunal Imam Ali Bin Abi Tholib KRW▼Sayyiduna Wa Maulana Muhammad Rasululloh SAW▼Sayyiduna Jibril Aminullah AS▼Rabbuna Rabbul Izzah Allah SwtPerlu ditambahkan bahwa Al-Ustadzul Imam Al-hafidz RA menerima izin membai’at dalam thoriqoh Alawiyyah melalui pengangkatan langsung dari maha Guru Al-Ustadzul Imam Al-Habr RA dan Al-Habibul imam Al-Qutub Muhammad Bin Hadi As-Seggaf RA melalui perintah Isyarah dari Baginda Nabi Muhammad SAW. Beliau Al-Hafidz RA juga diperintahkan untuk mengasuh para santri di lembaga Pesantren “Darul Hadits” dan berdakwah ke pelbagai dari Buku Ringkasan Boigrafi “As-Syaikhain Al-Imamain” yang disusun oleh Ustd. Sayyid Abu Abdillah Abdul Qodir Najlil Imamil Qurtbil Habib Abdullah Bilfaqih Al-Alawy RASumber majelisremajacintasholawat
Diperolehinformasi Pendiri Muhammadiyah, Ki Haji Ahmad Dahlan merupakan keturunan Sunan Prapen (Sunan Giri ke-4), dengan rincian sebagai berikut : Habib Abdullah Bin Abdul Qodir Bilfaqih. Jumadil Akhir Minggu Terakhir. Alun-alun Malang. 34. Habib Muhammad Bin Thohir Ba’bud. Rajab Minggu Pertama. Ds.Paleng Ploso Kediri. 35.
- Habib Abdullah bin Abdul Qadir bin Ahmad Balfaqih al-Alawi - Dalam artikel khusus kami yang menjelaskan tentang Gelar bagi Para Ahli hadits, admin majelis walisongo telah sedikit menyinggung diantara sedikit dari ulama dunia khususnya Indonesia yang telah mencapai gelar al-Hafidz. Adapun yang berasal dari Indonesia salah satunya adalah habib Abdullah bin Abdul Qadir bin Ahmad Balfaqih al-Alawi yang dikenal sebagai ahli hadits dari Malang, Indonesia, dan telah mencapai derajat al-Hafidz. Pada kesempatan kali ini kami akan sedikit mengulas sosok ahli hadist terkemuka ini dengan harapan kita dapat lebih mampu meneladani para ulama sebagai pewaris nabi dan mampu mengambil berkah dari mutiara kehidupan mereka yang begitu berkilauan. Habib Abdullah Bilfaqih bersama Sayyid Muhammad Alwi Al-Maliki Makkah Biografi Habib Abdullah bin Abdul Qadir bin Ahmad Balfaqih Al-Alawi Habib Abdullah lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun 1355 hijriyah atau bertepatan dengan tanggal 1 Juni tahun 1936 masehi. Beliau merupakan putra dari seorang ulama besar dan waliyullah agung yaitu al-Imam al-Quthb al-Habr al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Balfaqih. Ibunda beliau bernama Syarifah Ummi Hani binti Abdullah bin Agil. Beliau lahir di kota Surabaya Jawa Timur. Beliau merupakan keturunan Rasulullah dari marga Bilfaqih. Waliyullah Sayyidina Al-Imam Abdurrahman bin Muhammad Bil Faqih merupakan ulama besar dari Tarim Hadramaut. Beliau dikaruniai dua orang anak, yaitu Husein dan Ahmad. Beliau meninggal di Tarim pada tahun 966 hijriyah. Baca Biografi Lengkap KH. Tubagus Muhammad Falak Bogor. Marga Bilfaqih Marga Bilfaqih sendiri merupakan marga keturunan Waliyullah Agung Sayyidina Al-Imam Abdurrahman bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Asgok bin Abdullah bin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam. Dikatakan bilfaqih karena beliau merupakan ulama besar yang menguasai ulumuddin khususnya ilmu fiqih dan syariat dan beliau merupakan ulama serta wali besar di masanya. Sebelum kita jauh mengulas sosok Habib Abdullah Bilaqih ini, saya akan sedikit mengulas mengenai sosok sang ayah, yang juga merupakan ulama besar ahli hadits terkemuka. Habib Abdullah Bilfaqih Malang Sang Ayah Habib Abdul Qadir Bilfaqih Sang ayah yang bernama Habib Abdul Qadir Balfaqih merupakan seorang ulama besar kelahiran Yaman, tepatnya di kota Tarim, Hadramaut, yaman. Beliau lahir pada hari selasa bertepatan dengan tanggal 15 safar tahun 1316 hijriyah atau bertepatan dengan tahun 1896 masehi. Pada saat kelahiran beliau, seorang ulama besar yang bernama Habib Syaikhan bin Hasyim As-Segaf bermimpi bertemu dengan Sulthanul Auliya Sayyidina Asy-Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani. Dalam mimpi tersebut, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani menitipkan kitab suci al-Quran al-Adzim kepada Maulana Habib Syaikhan bin Hasyim Assegaf sambil berwasiat agar al-Quran itu diberikan kepada habib Ahmad bin Muhammad Bilfaqih, ayah dari Habib Abqul Qadir Bilfaqih. Akhirnya, pada pagi harinya beliau pun pergi menemui Habib Ahmad dan menceritakan mimpi tersebut. Setelah mendengar penuturan dari Habib Syaikhan, Habib Ahmad pun berkata, "Alhamdulillah malam tadi Allah ta'ala telah menganugerahiku seorang putra, dan itulah takwil dari mimpimu bertemu dengan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani yang telah menitipkan al-Quran dan mewasiatkan agar menyampaikannya kepadaku. Karenanya, putraku ini akan kuberi nama Abdul Qadir, dan aku berharap semoga Allah memberikan nama, maqam, dan kewalianNya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Demikianlah, singkat cerita, Habib Abdul Qadir menjadi seorang ulama besar khususnya dalam bidang hadist Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih Bak Pinang Dibelah Dua Habib Abdul Qadir Bilfaqih yang merupakan seorang ulama besar ahli hadits dan ilmu keislaman lainnya memiliki putra yang juga mengikuti jejaknya, sebagai ulama besar dan pendidik yang sangat mumpuni, yaitu Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih. Ibarat Pinang di belah dua, antara ayah dengan anak sama-sama memiliki kualitas yang sangat tinggi dan mumpuni dalam bidang hadits. Habib Abdullah Bilfaqih Muhadits Abad ini Sejak awal Habib Abdul Qadir Bilfaqih memang mengharapkan sang anak, Habib Abdullah, menjadi seorang ulama besar khususnya dalam bidang hadist. Harapan itu tak sekedar harapan kosong tanpa ikhtiar. Namun harapan tersebut berusaha beliau wujudkan dengan memperbanyak diri beribadah, berdoa dan bertakwa kepada Allah. Beliau dengan penuh perhatian dan kasih sayang juga sangat memperhatikan pendidikan habib Abdullah secara ketat, sehingga beliau dengan izin Allah mendapatkan apa yang beliau harapkan tersebut. Sebagai salah satu bukti bahwa Habib Abdul Qadir memang sangat mengharapkan keulamaan sang anak yaitu cerita ketika beliau beribadah menunaikan ibadah haji ke Baitullah, Habib Abdul Qadir menyempatkan diri secara khusus untuk berziarah ke makam Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Di sana beliau secara khusus memanjatkan doa kepada Allah ta'ala agar dikaruniai putra yang dapat melanjutkan perjuangan beliau dalam mendidik umat, menjadi seorang ulama besar dan seorang ahli hadits yang sangat mumpuni di bidangnya. Dan doa beliau ternyata sudah mulai nampak dikabulkan oleh Allah ketika beberapa bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun 1355 hijriyah atau tahun 1935 masehi, beliau dikaruniai seorang putra yang kemudian bernama Abdullah. Baca Biografi Lengkap Tuan Guru Sekumpul Martapura. Kesempatan mendapatkan karunia besar berupa seorang putra tidak beliau sia-siakan begitu saja. Habib Abdul Qadir dengan penuh kasih sayang dan perhatian, mencurahkan segala ikhtiar upaya untuk mendidik putranya tersebut, habib Abdullah. Dan pada akhirnya upaya beliau tidaklah sia-sia. Habib Abdullah tumbuh menjadi seorang ulama yang sangat mumpuni. Bahkan ketika baru berusia tujuh tahun, habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih telah mampu menghafal keseluruhan al-Quran dengan sangat baik dan lancar. Tentu saja prestaasi yang demikian itu bukanlah sesuatu yang kebetulan semata. Namun kesemuanya itu merupakan buah dari kesungguhan dalam memberikan tarbiyah yang terbaik dari orang tua kepada anaknya yang sangat diharapkannya itu. Ketika beranjak dewasa, Habib Abdullah mengenyam pendidikan di Lembaga Pendidikan at-Taroqi, dari MI hingga MTs, tepatnya di kota Malang. Setelah itu beliau melanjutkan ke Madrasah Aliyah di Ponpes Darul Hadits Al-Faqihiyah li Ahlissunnah Wal Jama'ah. Lembaga pendidikan itu sendiri merupakan lembaga pendidikan yang dibangun oleh Habib Abdul Qadir. Selain berguru secara khusus kepada ayahandanya, habib Abdullah juga berguru kepada Habib Ali Bungur, seorang ulama besar di masanya. Habib Abdulllah kiri bersama sang ayah, Habib Abdul Qadir tengah Selain mumpuni dalam bidang al-Quran, Habib Abdullah juga sangat mumpuni dalam bidang hadits, dan beliau merupakan salah satu ahli hadits dari Indonesia yang bergelar al-Hafidz. Sejak kecil beliau telah memulai menghafal hadits, memperdalam ilmu musthalahul Hadits atau ilmu yang mempelajari hal ihwal hadits beserta perawinya, seperti rijalul hadits, ilmu tentang perawi hadits, ilmu jahr ta'dil atau ilmu tentang kriteria hadits yang dapat diterima, dan ilmu lainnya. Beliau juga mempelajari kitab-kitab Taqribut tahdzib karya Al-Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, seorang imam besar ahli hadits abad pertengahan, dan juga beliau belajar kitab Mizanut Ta'dil karya Al-Hafidz Adz-Dzahabi. Kesungguhan Habib Abdullah dalam belajar ini telah membuahkan hasil yang gemilang. Pada usia yang masih sangat muda beliau telah hafal dua kitab hadits terkenal, yaitu Kitab shahih Bukhari dan kitab Shahih Muslim, lengkap dengan isnad dan silsilahnya. Selain itu pula beliau beliau juga menguasai kitab Induk hadits atau Ummahatus Sitt, seperti Sunan Abu Dawud, Sunan Tirmidzi, Musnad Syafi'i, Muwatha' karya Imam Malik, Musnad Imam Ahmad, Al-Ma'ajim ats-Tsalats karya Abul Qasim At-Thabrani, An-Nawadirul Usul karya Imam Hakim At-Turmudzi dan lain sebagainya. Selain sangat mumpuni dalam bidang ulumul hadits, beliau juga sangat mumpuni dalam bidang fiqih dan terutama sekali tasawuf. Dalam bidang fiqih sendiri, beliau memperdalam ilmu tersebut dari ayahandanya langsung. Beliau mempelajari fiqih empat madzhab yang terkenal di dunia islam, yaitu Madzhab Syafi'i, Hanafi, Maliki dan Hanbali. Beliau juga melalap habis kitab-kitab fiqih seperti Al-Muhadzdzab karya Imam Nawawi, Fatawa Ramli, Fatawa Ibnu Hajar dan kitab-kitab fiqih lainnya. Baca Macam-Macam Gelar Ahli Hadits. Suatu ketika Habib Abdul Qadir pernah berkata tentang putranya tersebut, "Aku telah mewariskan kepada putera ku ini empat puluh satu cabang ilmu agama." Habib Abdullah bersama Habib Al-Barkah Ahmad bin Abdullah Al-Attas Pasca wafatnya sang ayahanda tercinta, Habib Abdullah bin Abdul Qadir secara otomatis menjadi penerus sang ayah, menjadi pengasuh pesantren sekaligus pendidik. Beliau menjabat seabrek jabatan, mulai dari menjabat direktur Lembaga Pesantren Darul Hadits Malang, beliau juga memegang jabatan lainnya, seperti menjadi dosen mata kuliah tafsir dan hadits di IAIN dan IKIP Malang, mufti Lajnah Ifta Syari'i, penasihat menteri koordinator kesejahteraan rakyat, mursyid thariqah Al-Alawiyah Al-Mu'tabarah dan jabatan lainnya. Beliau juga berhasil mendapatkan gelar doktor dan hingga guru besar atau profesor. Gelar Doktor Honoriscausa dalam bidang ulumu hadits beliau dapatkan dari Al-Azhar, Cairo, Mesir, sedangkan gelar Profesor HC beliau dapatkan dari Al-Jama'ah, Lahore, Pakistan, serta dari Darunnadwah, Locnow, India, pada tahun 1970 masehi. Sebagai seorang ulama besar, Habib Abdullah dikenal sebagai sosok yang sangat penyayang namun juga sangat tegas, khususnya dalam menyikapi masalah hukum-hukum agama. Apabila beliau menilai suatu masalah sebagai sesuatu yang benar, maka dengan tegas beliau mengatakan hal itu sebagai sesuatu yang benar, sebaliknya apabila dinilai sebagai sesuatu yang salah maka beliau juga dengan tegas mengatakannya salah. Haq beliau katakan haq, bathil beliau katakan bathil. Selain sebagai ulama yang senantiasa berdakwah melalui ceramah, beliau juga sangat produktif dalam menulis. Diantara tulisan beliau telah dimuat dalam media cetak seperti Surabaya Pos, Harian Merdeka, Bhirawa, Pelita, Berita Buana, Karya Dharma, Berita Yudha dan lain sebagainya. Beliau juga produktif menulis untuk media luar negeri, semisal Al-Manhaj dari Arab Saudi, Al-Liwaul Islami dari Mesir, Al-Madinatul Munawwarah dari Madinah, Al-Arabi dari Makkah, Rabithah Alam Al-Islami dari Makkah, At-Tadhammun dari Mesir, dan lain sebagainya. Akhirnya, sebagai manusia biasa Habib Abdullah pun harus ikhlas mendapatkan jatah umur yang telah ditetapkan oleh Allah. Setelah mengabdi kepada umat dengan tulus ikhlas dan dengan pengabdian yang amat besar, beliau akhirnya dipanggil oleh Allah dengan panggilan penuh kasih sayang. Beliau wafat pada usia 56 tahun, tepatnya pada hari sabtu tanggal 24 Rabiul Awal tahun 1411 hijriyah atau tanggal 30 November tahun 1991 masehi. Dituturkan oleh Maulana Al-Habib Seggaf bin al-Qutb Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf, bahwa 3 hari sebelum kewafatan Habib Abdullah, Habib Abdullah sempat menghubunginya dan berpesa agar hadir pada hari ahad tanggal 30 November 1991 atau hari kewafatan Habib Abdullah. Dalam kesempatan itu pula beliau juga sempat menitipkan puetara putri beliau kepada habib Segaf. Sebelum wafat, habib Abdullah menarik nafas panjang dan tiba-tiba mengucapkan Ya Allaah... Setelah itu beliau wafat dan meninggalkan umat untuk selamanya. Habib Abdullah Bilfaqih Malang Habib Abdullah wafat dengan meninggalkan lima orang putera puteri, yaitu Habib Abdul Qadir, Habib Muhammad, Habib Abdurrahman, dan dua orang puteri yang masing-masing dinikahi oleh habib Soleh bin Ahmad Al-Idrus dan Habib Ahmad bin Usman Al-Idrus. Setelah dishalatkan oleh ribuan pelayat di masjid Jami' Malang, beliau pun dimakamkan di samping ayah handanya, di pemakaman Kasin, Malang, Jawa Timur, Indonesia. Umat Islam nusantara tentu saja merasa sangat kehilangan ulama sebesar beliau, karena beliau mampu menjadi seorang ahli hadits besar yang pada zaman ini sangat jarang sekali di temui. Selain itu beliau telah mampu memancarkan nur islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin sehingga tersiarnya islam melalui tangan mulia beliau menjadi satu pemantik yang mampu menyinarkan islam yang seolah-olah sudah meredup di negeri tercinta ini. Dan para murid beliau hingga kini pun bahu membahu meneruskan perjuangan mulia beliau, dan semoga dengan ke-Mahamurahan Allah, beliau mendapatkan derajat tinggi di sisiNya, bersama dengan datuk beliau, Sayyiduna Wa Maulana Muhammad Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. aamiin Nasab Habib Abdullah Bin Abdul Qadir Bilfaqih Malang Berikut ini merupakan nasab dari Sayyiduna wa Maulana Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih Malang, beliau putra Maulanal Imam Al-Habr Al-Quthb Al-Habib Abdul Qadir BilFaqih, putra Maulanal Imam Al-Habib Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Alwi bin Abdullah bin Umar bin Ahmad bin Abdurrahman bin Muhammad Al-Faqih bin Abdurrahman bin Abdullah bin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Marbath bin Ali Khala' Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa An-Naqib bin Ali Al-Uraidhi bin Ja'far Ash-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib suami dari Sayyidatuna Fatimah Az-Zahra, putri dari Sayyiduna Wa Maulana Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam Silsilah Thariqah Alawiyah Habib Abdullah Bin Abdul Qadir Bilfaqih Malang Adapun sanad thariqah alawiyah beliau yaitu sama silsilahnya sebagaimana di atas hingga sampai kepada Sayyiduna Al-Imam Al-Faqih Al-Muaqaadam Al-Habib Muhammad bin Ali Ba'alawi Radhiyallahu anhu, dari Syaikh Abu madyan bin Syuaib bin Al-Husain dari Syaikh Nuruddin Ali bin Chizihim dari Syaikh Abu Bakar Muhammad bin Abdullah Al-Ma'arifi bin Sayikh Abdul Malik atau Imam haramain dari Syaikh Abdullah bin Yusuf Al-Juwaini dari Syaikh Abu Thalib Muhammad bin Ali Al-Makki dari Syaikh Abu Bakar Dullaf bin Juhdur As-Subly dari Syaikh Abul Qasim Al-Junaid bin Muhammad Al-Baghdadi dari Syaikh Abul Hasan Sari As-Siqthi dari Syaikh Abu Mahfudz Ma'ruf Al-Karkhi dari Syaikh Abu Sulaiman Dawud bin Nushoir At-Tho'i dari Syaikh Abu Muhammad Habib bin Hasan Al-Bashri dari Sayyiduna Wa Imamuna Ali bin Abu Thalib Karramallaahu Wajhah dari Sayyiduna Rasulillah Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Habib Abdullah dan Sayyid Muhammad Karya Tulis Habib Abdullah Bin Abdul Qadir Bilfaqih Malang Berikut ini beberapa karya beliau Mengapa umat islam menerima Pancasila ? Siapakah Ahlussunnah Wal jamaah ? Islam dan Tanda-tandanya, Iman serta Bagian-bagiannya Majmuatul Fatawa Wal-Buhuts al-Islamiyah Al-Mulhah Irghamul Balid fi Ahkamil Ijtihadi Wa Taqlid Tanwirul Ghayahib Fatwa Malid Al-Qaulurrasyiin Fi Adillatittalqin Serangkum Khutbah Isra' Mi'raj Nabi Muhammad Saw Perlambang Keagungan Ilahi Tulisan Artikel beliau yang dimuat di harian Bhirawa pada hari Selasa 16 April 1985 masehi Puasa Merupakan Mental Training dan Pendidikan Tulisan yang dimuat di harian angkatan baru pada hari kamis 5 november 1970 Hijrah adalah Kunci Sukses Bagi Pembangunan Moril dan Materiil Salinan naskah pidato Habib Abdullah yang ditayangkan secara regional di RRI Surabaya pada 15 Februari tahun 1972 masehi, dalam menyambut tahun baru hijriyah 1392 hijriyah. dan lain sebagainya Kata-Kata Mutiara Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih Malang Jadilah seorang pancasilais yang muslim dan jadilah sosok muslim yang pancasilais Negara-negara di luar kagum dengan kemajuan bangsa Indonesia dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, kedokteran dan lain-lain. Namun semua itu yang amat disayangkan, mulai menjalarnya wabah narkotika di kalangan pemuda pemudi kita di bumi pertiwi ini. Saya menghimbau kepada para ulama, aparat negara, dan orang tua agar menyelamatkan mereka dari hal tersebut. Karena sesungguhnya merekalah yang bertanggung jawab atas hal ini. Janganlah mencintai Rasulullah dengan cinta yang dusta. Kita menyatakan cinta, namun kita jauh dari ajarannya. Maka itu merupakan cinta yang palsu serta sebuah kebohongan belaka. Landasan paling ampuh dan sangat kuat adalah rasa iman kepada Allah dan bagina nabi Muhammad saw Ilmu tidak akan berguna bagi murid pembohong. Bukan dinamakan hidup bagi seseorang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan Sebarluaskanlah ajaran agama islam dimanapun engkau berada dengan membawa bekal ilmu Bukan dinamakan hidup bagi seseorang yang tidak mengenal Allah dan rasulNya, serta tidak pula mengenal ajarannya Ilmu adalah pembuka hati, yang tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Allah swt Ilmu itu membutuhkan amal, sedangkan amal membutuhkan keikhlasan dan keikhlasan tersebut membutuhkan cahaya Seseorang yang sedang menuntut ilmu agama dengan penuh keikhlasan semata karena Allah swt, lalu dianugerahi dapat bermimpi baginda nabi Muhammad saw maka itu pertanda bahwa ia akan dijadikan seorang yang alim Seseorang yang banyak membaca shalawat kepada baginda nabi Muhammad saw akan cepat wushul atau sampai dengan beliau saw Seseorang yang menaruh rasa cinta kepada baginda nabi Muhammad saw tidaklah pernah merugi di dunia dan di akhirat Jadilah kalian sebagai ahli nur, caranya isilah hati-hati kalian dengan dzikir, shalawat, istighfar, dan selalu adakan komunikasi dengan Allah swt Jikalau engkau berdoa, lalu dihatimu terasa sesuatu membekasnya sebuah perasaan khusyu' maka hal itu merupakan pertanda dikabulkannya doa. dan lain sebagainya. Santri-santri Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih Habib Abdullah memiliki ribuan santri, diantaranya yaitu Habib Ahmad al-Habsy pengasuh ponpes Ar-Riyadh palembang Habib Muhammad Ba'abud Pengasuh Ponpes Darun Nasyi'in Malang Habib Syaikh bin Ali Al-Jufri Pengasuh Ponpes Al-Khairat Jakarta Timur KH. Alawy Muhammad Pengasuh Ponpes At-Taroqi Sampang, Madura Prof. Dr. Quraisy Shihab Prof. Dr. Alwi Shihab dan lain sebagainya Makam Habib Abdullah Bilfaqih dengan Sang Ayah, Habib Abdul Qadir Bilfaqih Makam Habib Abdullah Bilfaqih di Kasin Malang Jawa Timur
HabaibAdalah Keturunan Rasulullah - Habib Husein bin Abu Bakar al-Aydrus, Luar Batang, Jakarta - Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib al-Atthas, Pekalongan - Habib Abdullah bin Muhsin al-Atthas, Empang, Bogor - Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi, Surabaya - Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih, Darul Hadis, Malang - Habib Muhammad bin
Pangkalpinang ANTARA - Habib Al-Ali bin Hasan Bilfaqih, keturunan ke-6 dari Al-Habib Abdurrahman bin Abdullah Bilfaqih, seorang ulama besar keturunan Nabi Muhammad SAW yang berasal dari Yaman, hadir meresmikan peletakan batu pertama pembangunan Masjid Kampus Kite "Al-Madaniah" Universitas Bangka Belitung UBB. "Kita menyaksikan bagian dari sejarah di peletakan batu pertama pembangunan Masjid Al-Madaniah ini yg insyaAllah akan terbangun di UBB," kata Habib Al-Ali saat memimpin peletakan batu pertama masjid kampus kite "Al-Madaniah" di UBB, Jumat. Habib Al-Ali mengatakan, dirinya sangat bersyukur dan bergembira adanya pembangunan masjid ini karena akan mempererat hubungan antar manusia dengan penciptanya dan semoga menjadi amalan yang mulia untuk semua umat manusia. "Semoga kehadiran masjid ini akan memberikan barokah secara khusus untuk UBB dan secara umum dapat memberi manfaat besar bagi masyarakat Babel," kata Habib Al-Ali. Dikesempatan ini Habib Al-Ali juga mengisi tausiyah tentang pentingnya memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, karena Allah dan para Nabi-Nya sangat menyukai umat yang berakhlak mulia. "Salah satu perkara penting yang harus dimiliki umat manusia adalah bagaimana kita mengikuti sifat Nabi Muhammad yang memiliki akhlak yang mulia, karena sosok yang paling dimuliakan Allah adalah umat yang berakhlak mulia," ujarnya. Rektor Universitas Bangka Belitung, Ibrahim mengatakan, luas lahan dipekarangan UbB sekitar 146 hektar. Dari luas tersebut baru 30 persen yang digunakan. Dan kini 2 hektar dari lahan yang ada akan dibangun masjid kampus kite "Al-Madaniah" UBB. Masjid kampus kite Al-Madaniah UBB dibangun sedikit jauh dari gedung rektorat dan gedung kampus, namun lebih dekat dari kota Pangkalpinang karena berada di gerbang Selatan pintu masuk UBB. Jika dari Kota Pangkalpinang, saat melewati jembatan jerambah gantung, maka lebih menghemat waktu sekitar 10-15 menit untuk tiba di UBB, sehingga nantinya masyarakat disekitar jerambah gantung kota Pangkalpinang juga dapat memanfaatkan masjid tersebut untuk beribadah. "Sekitar 100 meter dari jembatan jerambah gantung itu ada gerbang Selatan pintu masuk UBB, dan keberadaan Masjid ini berjarak 30 meter dari gerbang tersebut," kata Ibrahim. Ibrahim menambahkan, Masjid Kampus Kite "Al-Madaniah" UBB di design dengan gaya kekinian tanpa ada dinding, sehingga saat bersujud atau sholat para jemaah langsung menghadap taman masjid atau pemandangan hijau di sekitar lingkungan tanpa ada dinding pembatas. Mereka yang mendesign masjid adalah dosen dari tiga program studi di UBB, yakni prodi teknik sipil, perencana kota dan arsitektur. Pembangunan Masjid diperkirakan membutuhkan dana diatas Rp 10 miliar dan akan dilakukan dalam tiga tahap. "Masjid ini dibangun bukan dari dana kampus, tapi dana swadaya para civitas UBB, stakeholder terkait dan masyarakat yang ingin menginfakkan sedikit rejekinya untuk membantu pembangunan Masjid ini kita persilahkan, agar masjid ini segera terbangun dan bermanfaat untuk kita semua," harapnya.
HabibAbdul Qodir bin Ahmad Bilfaqih wafat pada 12 Jumadil Akhir 1382 H bertepatan degan 19 November 1962 M, dalam usia 62 tahun. Pada detik-detik menjelang beliau wafat, beliau mengatakan kepada putranyaa, Habib Abdullah, “Lihatlah wahai anakku. Ini kakekmu, Muhammad SAW dan Ibumu Sayyidatuna Fatimah Az-Zahra tekah datang untuk menjemputku
TIMESINDONESIA, MALANG – Haul Akbar Ustadzil Imam Al-Hafidz Al-Musnid Al-Qutub Prof Dr Al-Habib Abdullah akan digelar di Kota Malang, 10-11 Maret 2018. Ribuan jemaah dari berbagai daerah, sudah mulai berdatangan ke Kota Malang sejak Jumat 9/3/2018. Di pemakaman Habib Abdul Qodir Bilfaqih dan Habib Abdullah bin Abdul Qodir Bilfaqih, di Kasin, Kota Malang sudah dipenuhi para jemaah dan para santrinya dari berbagai daerah di Haul tahun ini 2018, seperti biasa akan digelar di depan Ponpes Darul Hadits Al Faqihiyyah Alussunnah Wal Jamaah, di Jalan Aris Munandar, Kota Malang. BACA JUGA Mengenal Lebih Dekat Sosok Habib Abdul Qodir Bilfaqih Hari pertama, Sabtu 10/3/2018, akan digelar ziarah bersama ke makam Habib Abdul Qodir Bilfaqih dan Habib Abdullah bin Abdul Qodir Bilfaqih, dilanjut dengan Khotmil Quran dan Pembacaan Mutiara-Mutiara Al Imamain di depan Pondok setempat. Di hari kedua, Minggu 11/3/2018, pembacaan Maulid Nabi dan dilanjut dengan ceramah agama oleh tiga penceramah, yakni, Habib Taufiq bin Abdul Qodir Assegaf dari Pasuruan, Habib Hadi Bin Alwy Alkaf dari Malang, KH Muhyiddin Abdul Qodir dari Sumedang dan Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto. Setiap tahunnya, saat Haul Imamain’ puluhan ribu jemaah dri berbagai daerah, bahkan ada dari Malaysia dan Singapura, memadati lokasi Haul. Lalu seperti apa sosok Ustadzil Imam Al-Hafidz Al-Musnid Al-Qutub Prof Dr Al-Habib Abdullah Biografi singkat Ustadzil Imam Al-Hafidz Al-Musnid Al-Qutub Prof Dr Al-Habib Abdullah pada 12 Robiul Awwal 1355 H mahaguru Al-Ustadzul Imam Al-Habr Al-Qutub Al-Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih Al-Alawy dikaruniai oleh Allah SWT seorang putra yang diberi nama “As-Sayyid Abdullah”. Lama sudah Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih mendambakan seorang putra, dengan harapan kelak dapat meneruskan perjuangannya. Tepat pada 12 Rabiul Awwal 1355 H, Allah SWT mengabulkan dambaan Al-Imam Al-Habr Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih yaitu lahirlah seorang putra, putra tersebut diberi nama As-Sayyyid Abdullah. Sebelum As-Sayyid Abdullah lahir, Al-Ustadzul Imam Al-Hafidz dengan Al-Habibul Imam Al-Qutub Ja’far bin Syaikhon menunaikan ibadah haji dan berziarah ke Maqbaroh Syarif Baginda Rasulullah SAW. Dihadapan Maqbaroh Baginda Nabi, beliau berdoa memanjatkan doa kepada Allah SWT agar dikaruniai putra yang kelak menjadi Ulama Besar dan Arifbillah serta dijadikan oleh Allah SWT sebagai Ahli Hadits yang dapat memperjuangkan agama dan memperluas sunnnah-sunnah Baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Doanya dikabulkan oleh Allah. Putra yang diharap dan didamba oleh Al-Ustadzul Imam Al-Habr ternyata tidak sia-sia. Hal ini merupakan anugerah dari Allah SWT yang tiada nilai harganya. Sang Putra As-Sayyid Abdullah pada uisa tujuh tahun sudah berhasil menghafalkan Al-Quranul Karim. Hal ini bukan terjadi secara kebetulan tanpa usaha. Melainkan adanya usaha yang seimbang antara Sang Ayah dan Sang Putra. Sang Ayah yakni Al-Ustadzul Imam Al-Habr yang sekaligus sebagai mahaguru tunggal dari sang putra mengerahkan segala daya upaya untuk membimbing dan mendidik sang putra. Sementara sang putra mengimbangi dengan semangat belajar yang tinggi, ulet, tekun, dan rajin. Maka impaslah antara upaya sang ayah dengan usaha dan kemauan sang putra. Kenyataan diatas kiranya selaras dengan sabda Baginda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Abdil Bar dalam kitabnya “Bayanul Ilmi Wa Fadlih”. yang berbunyi “Sesungguhnya Ilmu itu dapat diraih dengan cara belajar”. Hadits diatas benar-benar dihayati dan diterapkan oleh As-Sayyid Abdullah yang terkenal dengan sebutan maha guru samahatil Ustadzil Imam Al-Hafidz Al-Musnid Al-Qutub Prof Dr Al-Habib Abdullah Bimbingan dan tuntunan sang ayah menjadi perhatian utama dari sang putra. Dan memang seyogyanya demikianlah apabila seorang murid ingin mendapatkan ilmu yang bermanfaat harus menanamkan rasa ta’dzim yang dalam terhadap gurunya. Dengan semangat belajar yang menggelora dan bimbingan sang ayah, sang putra dikemudian hari mampu menguasai 40 bidang Ilmu Agama yang tentu saja hal ini merupakan warisan yang berharga dari sang ayah. Hal ini bukanlah sesuatu yang sulit dan mustahil apabila telah dikehendaki-nya. Seperti firman Allah SWT “Itulah karunia Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendakinya”. Masa Pendidikan Prof Dr Habib Abdullah Bilfaqih Al-Hafidz Al-Musnid Al-Qutub Prof Dr Al-Habib Abdullah secara penuh menimba ilmu dari ayahandanya, disamping mahaguru-mahaguru lainnya. Mengawali pendidikannya di Madrasah Ibtidaiyah Ath-Taroqy hingga Madrasah Tsanawiyah dilanjutkan masuk Madrasah Aliyah. Pada waktu itu madrasah-madrasah tersebut dibawah asuhan ayahandanya sendiri. Setelah selesai belajar dimadrasah tersebut beliau terus menggali dan menimba Ilmu di Pondok Pesantren Darul Hadits al-Faqihiyyah Li Ahlis Sunnah Wal Jamaah, di Kota Malang yang juga dibawah asuhan ayahanda Al-Hafidz Al-Musnid Al-Qutub Prof Dr Al-Habib Abdullah Sejak kecil hingga dewasa, semangat belajar tidak pernah pudar. Al-Hafidz Al-Musnid Al-Qutub Prof Dr Al-Habib Abdullah benar-benar sebagai figur penuntut ilmu yang tak mengenal lelah dan penuh dedikasi. Dikisahkan oleh keluarga Al-Hafidz Al-Musnid Al-Qutub Prof Dr Al-Habib Abdullah dan para santri ayahandanya, bahwa dimasa mudanya Al-Hafidz Al-Musnid Al-Qutub Prof Dr Al-Habib Abdullah sering menderita sakit sampai mengeluarkan darah karena tekunnya duduk menelaah kitab-kitab yang ia pelajari. Kala ayahanda Al-Hafidz Al-Musnid Al-Qutub Prof Dr Al-Habib Abdullah melaksanakan ibadah haji dan berziarah ke Maqbarah Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, terus memanjatkan doa kepada Allah SWT agar dikaruniai putra yang kelak menjadi Ulama Besar dan Arifbillah serta dijadikan oleh Allah SWT sebagai Ahli Hadits yang dapat meneruskan pendahulu-pendahulunya. Titik terang dari hasil dari doa itu telah tampak pada diri Al-Hafidz Al-Musnid Al-Qutub Prof Dr Al-Habib Abdullah Kegigihan dalam Memperdalam Ilmu Hadist SEPERTI dijelaskan dibagian muka bahwa Al-Hafidz Al-Musnid Al-Qutub Prof Dr Al-Habib Abdullah adalah sosok yang semangat belajarnya dan tidak mengenal lelah. Didukung pula bimbingan dan tuntunan dari ayahandanya yang sekaligus sebagai mahagurunya, maka tidak mengherankan pada usia yang masih sangat muda Al-Hafidz Al-Musnid Al-Qutub Prof Dr Al-Habib Abdullah telah menghafal dengan baik dua kitab hadits shahih. Dua dua kitab hadits shahih itu adalah “Shohihul Bukhori” dan “Shohih Muslim” lengkap dengan isnad dan silsilahnya. Demikian juga dengan kitab “Ummatus Sitt”seperti “Sunnah Abu Daud”, “Sunan Thurmudzy”, dan lainnya. Selain itu juga kitab-kitab hadits yang lain seperti Musnad Imam Syafi’i, Musnad Imam Ahmad Bin Hambal, Muwatto’ Imam Malik, An-Nawadirul Ushul Karangan Imam Al-Hakim At-Tirmidzy, Al-Ma’ajim Ats-Tsalats Karangan Imam Abu Qosim Ath-Thobrony, Al-Mu’jam Karangan Imam Al-Baghowy, At-Tarikh Karangan Imam Ibnu Asakir, Al-Afrod karangan Imam Ad-Daruquthniy dan kitab-kitab hadist lainnya. Dalam melengkapi pemahaman tentang hadits, Al-Hafidz Al-Musnid Al-Qutub Prof Dr Al-Habib Abdullah memperdalam ilmu “Mustholahul Hadist” yaitu ilmu yang mempelajari ihwal-ihwal hadits. Yaitu ilmu yang mempelajari ihwal-ihwal hadits berikut perawinya. Dengan demikian, dapat disimpulkan muslim sejati adalah muslimyang mencintai ilmu. Ia selalu merasa haus dan terus haus akan ilmu, itu semua semata-mata demi mengggapai ridlo Allah SWT dan Rasulnya Sayyiduna Muhammad SAW. Sehingga selalu berusaha belajar dan memperdalam ilmu-ilmu agama dalam mengisi hidupnya. Sebagaimana pernah dikatakan oleh Al-Ustadzul Imam Al-Hafidz “Tidaklah seorang dikatakan hidup, apabila ia tidak berilmu”. Tentunya kata-kata diatas bagi Al-Hafidz Al-Musnid Al-Qutub Prof Dr Al-Habib Abdullah bukan sekedar sebagai kata-kata mutiara belaka, namun apa yang Al-Hafidz Al-Musnid Al-Qutub Prof Dr Al-Habib Abdullah katakan itu betul-betul diikuti oleh bukti nyata dan merupakan cermin dari kehidupan segala sepak terjang dan aktivitas kehidupan beliau selalu dilandasi oleh ilmu. Al-Hafidz Al-Musnid Al-Qutub Prof Dr Al-Habib Abdullah telah menerima hadits-hadits Musalsal bin Awwaliyah. Yaitu hadits-hadits yang diriwayatkan langsung oleh ayahandanya yang sekaligus sebagai mahagurunya, juga guru-gurunya yang lain seperti As-Syekh Al-Muhaddist Abdul Hayy Al-Kattany yang riwayatnya terus bersambung dengan Baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Merupakan karunia Allah Yang Maha Agung kepada hambanya, yakni Al-Hafidz Al-Musnid Al-Qutub Prof Dr Al-Habib Abdullah telah dapat menghafal dengan baik 7 juta lebih hadits dari hadits-hadits Baginda Nabi Muhamamd SAW. *** Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
DGcekF. 271 357 34 366 350 275 156 333 298
keturunan habib abdullah bilfaqih